TEMPO.CO, Jakarta – Pengamat Ekonomi Digital dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengungkapkan untung rugi dari kebijakan menghentikan siaran TV analog atau analog switch off (ASO) dan bermigrasi ke TV digital. Kebijakan itu diterapkan pada Rabu, 2 November 2022 tepat pukul 24.00 WIB.
Nailul menjelaskan TV analog menggunakan pita frekuensi. Menurut dia, secara hitung-hitungan migrasi tersebut akan positif bagi pendapatan negara. Karena pita frekuensi bisa disewakan kepada industri telekomunikasi untuk mengembangkan internet 5G dan sebagainya.
“Sebenarnya dari sisi pemerintah itu menguntungkan,” ujar dia melalui sambungan telepon pada Jumat, 4 November 2022.
Sementara dari sisi masyarakat, kata dia, dampaknya tidak langsung. Seperti TV digital membuat gambarnya lebih jernih. Selain itu bisa mendapatkan keuntungan dari pengembangan telekomunikasi dari 4G ke 5G, meski hanya terbatas di daerah-daerah tertentu.
“Saya harap sih sebenarnya dengan adanya frekuensi pindah ke industri telekomunikasi pengembangan 5G semakin meluas,” kata dia.
Sedangkan untuk industri, menurut Nailul, secara pasar masih banyak yang menggunakan analog. Ketika di-switch off ke digital, otomatis ada pangsa pasar yang hilang, salah satunya berimpas pada iklan dan orang-orang yang pakai analog tidak bisa menonton TV.
Nailul menjelaskan beberapa stasiun TV swasta yang menolak kemungkinan karena sudah ada teken kontrak dengan iklan-iklan. “Tapi saya enggak tahu juga. Pasti ini dari sisi industri akan merugikan,” tutur dia.
Namun sebenarnya, dia melanjutkan, jangka panjangnya akan bagus untuk industri. Karena dengan TV digital membuat gambarnya lebih baik untuk masyarakat, sehingga bisa emnonton dengan nyaman.
“Tapi memang satu sisi mungkin berat juga meninggalkan analog karena pangsa pasarnya masih cukup besar,” ucap Nailul.
Seremoni migrasi TV analog menuju TV digital dihadiri oleh Menteri Kominfo Johnny Gerard Plate dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. ASO berlaku di 222 titik, termasuk Jabodetabek, dan penerapannya akan diperluas secara bertahap—ada 514 titik yang ditargetkan.
“Ini merupakan amanat dari UU Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang di dalamnya disebutkan migrasi televisi terestrial diselesaikan paling lambat 2 November 2022 atau beberapa menit yang lalu,” ujar Mahfud MD melalui siaran YouTube Kominfo, Kamis, 3 November 2022.
Siaran TV analog mengudara selama 60 tahun terakhir. Sejalan dengan penerapan migrasi siaran televisi atau ASO ini, pemerintah mulai mendistribusikan set top box alias STB untuk rumah tangga miskin secara nasional. STB disalurkan sejumlah 1.055.360 unit.
Sedangkan untuk wilayah Jabodetabek, penyalurannya sudah mencapai 98 persen atau sebanyak 473.308 unit dari target 479.307 unit. Kominfo mencatat, sebanyak 60.791 rumah tangga miskin tidak memenuhi kriteria atau gagal serah.
Sementara itu bagi rumah tangga miskin yang belum mendapat bantuan hingga Rabu kemarin, Kominfo memastikan telah membuka posko aduan. Masyarakat bia mengubungi call center 159 atau ke nomor telepon Posko Respons Cepat Penanganan Bantuan STB terdekat.
Untuk wilayah Jabodetabek, Kominfo membuka Posko Respons cepat Penanganan Bantuan STB di 6 titik. Posko-posko tersebut mulai beroperasi sejak 2 hingga 4 November 2022 pada pukul 08.00 hingga 19.00.
Masyarakat rumah tangga miskin yang belum mendapat STB gratis juga bisa mengajukan bantuan STB secara mandiri melalui situsweb cekbantuanstb.kominfo.go.id. Caranya ilaah dengan memasukan nomor induk kependudukan (NIK) dan kode captcha pada kolom yang tersedia.
KHORY ALFARIZI | RIRI RAHAYU
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Recent Comments