Shell Minat Berinvestasi di Sektor Kendaraan Listrik di Indonesia, Tapi . . .


TEMPO.CO, Jakarta -Perusahaan minyak multinasional Shell berminat berinvestasi pada sektor kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) di Indonesia, namun masih menunggu regulasi dan teknis tata cara bisnis EV dari pemerintah.

Vice President Trading and Supply Shell Indonesia Sendy Soeriaatmadja mengatakan saat ini Shell belum memiliki gambaran model bisnis sistem monetisasi pengisian daya mobil listrik atau EV charging di Indonesia. Pasalnya saat ini belum arahan tata kelola EV charging.

“Kami pun ingin berinvestasi dalam EV, tetapi kami masih menunggu dari pemerintah mengenai tata caranya. How we monetize EV charging,” kata Sendy Soeriaatmadja saat pemaparan skenario transisi energi Shell di Jakarta, Selasa, 28 Juni 2022.

Saat ini pemerintah belum belum memberikan regulasi bisnis atau skema teknis model bisnis pengisian kendaraan listrik di Indonesia, baik berdasarkan daya atau durasi. Selama ini, kata Sendy, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell yang menyediakan pengisian baterai Electric Vehicle, menggunakan durasi pengisian.

“Untuk sekarang kalau misalnya Anda bawa mobil EV ke SPBU Shell dengan membeli kopi dan kue seharga 85 ribu itu sudah bisa charging selama 30 menit. Itu yang sekarang mungkin kami bisa lakukan selama ini. Sebab kami juga masih menunggu arahan dari pemerintah mengenai EV charging ini,” kata Sendy.

Sendy mengatakan Shell melihat Indonesia sebagai fokus Shell dalam energi terbarukan, termasuk dalam kendaraan listrik. Shell sendiri memiliki tiga SPBU dengan EV Charging dari 180 SPBU Shell yang ada di Indonesia dan berencana untuk mengembangkan lebih banyak lagi.

“Sekarang ini kami sudah memiliki tiga SPBU yang ada EV charging, jadi itu juga untuk mendukung renewable energy ini. Kami pun juga mempunyai fasilitas pabrik lubricant kami di Marunda dan itu merupakan pabrik pelumas Shell terbesar di Asia Tenggara. Jadi itu suatu kebanggaan bagi kami juga untuk berinvestasi di indonesia,” katanya.

Shell memiliki Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang disebut Shell Recharge sebagai fasilitas pengisian daya untuk kendaraan listrik. Shell Recharge sendiri sudah ada di tiga SPBU Shell di Pluit, Antasari, dan Jagorawi.

Sementara itu, untuk komitmen menuju Net Zero Emission, pada 2021 pabrik pelumas Shell di Marunda telah berhasil menurunkan 62% emisi karbon per produk dibandingkan dengan saat awal pabrik beroperasi pada 2016. Dengan berbagai inisiatif yang telah dilakukan untuk optimisasi penggunaan energi di pabrik pelumas ini, kata Sendy, Shell telah mendukung pengurangan emisi sekitar 2.674 ton CO2.

Perihal pengembangan bisnis EV di Indonesia, Sendy berharap pemerintah bisa melibatkan Shell sebagai stakeholders untuk diskusi mengenai mada depan skema model bisnis investasi EV di Indonesia. 

“Selain itu, kami juga berdiskusi juga dengan para Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) juga untuk mencari bagaimana tentang EV charging ini. Sekarang ini kami menunggu saja dari pemerintah arahannya seperti apa,” katanya.

Prospek tentang kendaraan listrik untum energi bersih juga diungkapkan oleh Chief Economist Shell International Mallika Ishwaran. Mallika mengatakan Shell International saat ini sedang mendorong transisi energi kendaraan listrik dengan membangun pengisian daya EV di Eropa.

“Kami memiliki target menyediakan 500 ribu titik pengisian EV di Inggris dan Belanda. Kami akan mempelajari hasil dari target EV charging yang sudah dilakukan di Inggris dan Belanda. Dari situ kami berharap bisa mengambil bagaimana model penerapan EV charging dan mengaplikasikannya di negara lain, termasuk Indonesia,” kata kepala ekonom Shell International ini.

Baca: Shell Rancang Skenario Transisi Energi Indonesia untuk Net Zero Emission 2060

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »