Pria juga Bisa Alami Baby Blues


SEBUAH studi yang dilakukan kelompok ilmuwan asal University College London (UCL), Inggris menunjukkan fakta bahwa baby blues juga dapat dialami pria. Selama ini baby blues sangat identik dengan kaum perempuan yang baru saja melahirkan dan mengalami momen melelahkan sebagai ibu. Namun, tekanan pada pria di momen tersebut ternyata juga tak bisa diremehkan. 

 

Baby blues merupakan masalah psikologis yang umumnya terjadi pada orangtua setelah kelahiran bayi. Sindrom tersebut sangat lekat dengan kaum perempuan yang mengalami berbagai perubahan pada tubuh maupun rutinitasnya setelah melahirkan. Perubahan hormon usai melahirkan, perubahan bentuk tubuh, hingga kelelahan mengurus bayi paling sering jadi pemicu baby blues

 

Penderita baby blues umumnya akan sembuh dan membaik seiring berjalannya waktu. Namun, pada kasus tertentu baby blues dapat semakin parah dan menjadi depresi usai melahirkan atau post-partum depression. 

 

Dilansir dari dailymail.co.uk, Selasa, (28/6), kepala tim pelaksanaan studi tersebut, Doktor Kara Smythe, menjelaskan studi itu mereka lakukan karena selama ini kondisi psikologis kaum ayah yang memiliki bayi baru jarang menjadi perhatian. Padahal kaum pria juga menghadapi suasana yang tak kalah merepotkan setelah kehadiran seorang bayi. 

 

Smythe menjelaskan studi yang mereka lakukan melibatkan sebanyak 30 ribu orang tua baru di 15 negara. Data medis mereka didapat dari 23 studi tentang depresi usai melahirkan yang terpublikasi di berbagai jurnal kesehatan sepanjang tahun 1991 hingga 2021. 

 

“Hasilnya menunjukkan sebesar 13% dari perempuan mengalami depresi usai melahirkan. Sementara itu sebanyak 9% pria juga mengalami masalah yang sama usai kelahiran bayi baru di keluarganya,” ujar Smythe. 

 

Dijelaskan Smythe, potensi seorang pria mengalami depresi usai kelahiran bayi meningkat hingga tiga kali lipat apabila sang istri juga mengalami baby blues atau depresi usia melahirkan. 

 

Pada perempuan maupun pria, depresi usai melahirkan umumnya memiliki gejala yang mirip. Umumnya berupa hilangnya ketertarikan dan rasa sayang pada bayi, merasa tertekan dan sedih, tak dapat berpikir jernih hingga mengabaikan bayi. 

 

Perempuan rentan mengalami kondisi tersebut apabila telah memiliki beberapa masalah kesehatan mental sejak sebelum hamil. Kerentanan juga meningkat pada perempuan yang tidak memiliki keluarga atau teman yang mendukung dan menghibur mereka selama proses beradaptasi setelah melahirkan. 

 

Sementara pada pria, depresi lebih rentan terjadi ketika mereka memiliki masalah lain dalam kehidupannya. Misalnya masalah pada pernikahan, masalah finansial, hingga rendanya tingkat pendidikan dan kesiapan sebagai orangtua. (M-1)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »