PRAKTIK penipuan melalui aplikasi kencan dan media sosial belakangan ini makin meresahkan. Kasus yang terbaru, media massa melaporkan ulah Muksin (36 tahun), pria asal Tangerang yang telah memperdaya delapan ibu muda melalui aplikasi Facebook. Semua korban dirayu di dunia maya dan kemudian ditipu agar mau meminjamkan uang, sepeda motor dan lain-lain yang kemudian dibawa kabur.
Di luar ulah Muksin, diperkirakan sedikitnya ada 91 perempuan yang menjadi korban ulah jahat para penjahat cinta yang berkeliaran di dunia maya. Dengan memanfaatkan media sosial (medsos) dan aplikasi kencan, sejumlah laki-laki dilaporkan telah berhasil memperdaya sejumlah perempuan dengan kedok cinta.
Biasanya dengan bermodal wajah yang menarik, simpatik, sikap yang ramah, sabar, dan citra sebagai laki-laki yang bijaksana, para penjahat cinta di dunia maya dengan mudah memperdaya korban. Mereka tak hanya mengeksploitasi korban secara seksual, tetapi juga kerapkali menguras harta korban melalui berbagai cara. Korban biasanya baru sadar ketika uang mereka suah tersedot habis, dan utang menumpuk karena namanya dimanfaatkan pelaku untuk meminjam uang di sejumlah rentenir online.
Penjahat cinta
Kencan melalui aplikasi dan medsos di dunia maya harus diakui merupakan bagian dari budaya baru di era masyarakat digital. Tindakan mencari hubungan intim bisa dilakukan hanya dengan sekali klik. Aplikasi kencan seluler telah menjadi fenomena dunia dalam lanskap kencan. Tidak seperti generasi sebelumnya, anak-anak muda saat ini, terutama yang tinggal di daerah perkotaan, memiliki potensi pasangan romantis dan seksual yang tampaknya tidak terbatas di smartphone mereka.
Tinder, Grindr, Happn, Plenty of Fish, Bumble, dan OkCupid adalah beberapa contoh aplikasi kencan seluler populer dengan jumlah pengguna yang sangat banyak. Tinder, sebagai salah satu aplikasi kencan paling populer, kini menempati posisi tiga dari lima properti kencan AS, dengan 3,6 juta pengunjung per hari bahkan lebih.
Sebelum aplikasi kencan di dunia maya populer seperti sekarang, kita tahu situs kencan online dan layanan perjodohan memainkan peran kunci dalam memberikan alternatif untuk mengejar asmara. Meskipun aplikasi kencan seluler dianggap sebagai bentuk kencan daring, ada beberapa alasan mengapa aplikasi ini berbeda dari situs kencan daring dan layanan perjodohan.
Pertama, aplikasi kencan menggunakan teknologi berbasis lokasi seperti sistem penentuan posisi global (GPS). Karena fitur ini, aplikasi kencan seluler juga dikenal sebagai ‘sistem kencan real-time berbasis lokasi’ (Corriero & Tong, 2016). Melalui aplikasi kecan, pengguna dapat melihat apakah mereka berada di dekat pengguna lain.
Kedua, meningkatnya popularitas smartphone menjadi penyebab utama semakin populernya kencan daring secara umum. Menurut penelitian yang dilakukan dari 2013-2016 tentang penggunaan smartphone, terjadi peningkatan kepemilikan telepon pintar. Sementara 95% orang memiliki semua jenis ponsel, lebih dari 77% dari mereka memiliki smartphone, naik dari hanya 35% di 2011. Selain itu, ada juga peningkatan pesat dalam kepemilikan tablet. (Smiths, 2017).
Karena alasan tersebut, aplikasi kencan seluler menjadi semakin populer, dan situs kencan online dan layanan perjodohan online lainnya telah membuat produk dan layanan mereka tersedia untuk diakses melalui ponsel cerdas dan tablet. Sementara situs kencan daring mampu menarik pengguna karena sesuai dengan sistem daring ‘berbasis sains’ dengan keberhasilan aplikasi kencan seluler berakar pada kemudahan penggunaan dan konektivitasnya, yang menekankan kecepatan dan kemudahan sebagai daya tarik utama mereka (Finkel et. al, 2012).
Situs kencan online dan layanan perjodohan menargetkan warga masyarakat yang lebih tua, yakni para individu yang mencari hubungan serius jangka panjang. Saat ini, meskipun tindakan mengejar hubungan intim melalui situs kencan online lebih dapat diterima, di masa lalu, pengguna kencan online berbasis situs seringkali diberi label ‘putus asa’, karena mereka tidak dapat menemukan cinta melalui interaksi tatap muka (Ben-Zeév, 2003; Finkel et al 2012).
Aplikasi kencan seluler tidak begitu distigmatisasi. Hal ini menunjukkan perubahan norma dan nilai sosial budaya seputar kencan online secara umum. Ini sebagian karena platform ini mencoba menarik kaum muda yang mempengaruhi norma-norma yang muncul seputar teknologi (David & Cambre, 2016).
Menurut sebuah studi yang dilakukan Smith (2016), di Amerika jumlah individu berusia 18-24 tahun yang melaporkan telah menggunakan kencan online hampir tiga kali lipat dalam dua tahun, dari 10% menjadi 27%. Peningkatan keseluruhan dalam penggunaan kencan online ini disertai dengan peningkatan dramatis dalam penggunaan aplikasi kencan seluler. Studi yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa orang dewasa muda sekarang lebih mungkin daripada kelompok usia lainnya untuk menggunakan aplikasi kencan seluler.
Literasi
Di kalangan penipu cinta yang mencari mangsa di dunia maya, ulah mereka memperdaya korban menyebabkan makna cinta menjadi memudar. Kepentingan, dan bahkan praktik penipuan atas nama cinta dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan dari pasangan yang menjadi target mereka. Bagi para lelaki yang memanfaatkan aplikasi kencan dan media sosial untuk memperdaya korban, mereka sesungguhnya adalah para penjahat cinta yang memanfaatkan kerupawanan dan kesan mereka sebagai wise guys untuk memperdaya korban.
Tidak mudah memang meminta perempuan agar tidak menjadi korban penjahat cinta di dunia maya. Membangun kepekaan dan sikap kritis anak muda perempuan agar tidak menjadi korban bujuk-rayu penjahat cinta, selain dibutuhkan sikap kritis yang tidak mudah tertipu, yang tak kalah penting adakah bagaimana sikap masyarakat menghadapi aksi bujuk rayu yang ditebar pelaku. Jangankan remaja putri yang kurang gaul atau ibu-ibu muda yang mudah mabuk mendambakan cinta, di kalangan perempuan terdidik pun juga rentan menjadi korban ketika tidak memiliki basis literasi informasi dan kemampuan literasi kritis yang kuat.
Ibarat pisau bermata dua, aplikasi kencan dan media sosial memang menawarkan kemudahan, dan bahkan jalan pintas untuk membangun hubungan cinta yang mempesona. Namun demikian, di sisi yang sama, kemudahan itu ternyata juga bisa menjerumuskan jika orang-orang tidak berhati-hati. Cinta memang memabukkan. Kelemahan yang selalu menghinggapi orang yang dimabuk cinta seringkali dimanfaatkan para penipu cinta di dunia maya untuk mengeruk keuntungan ekonomis yang mereka butuhkan. Para korban pun biasanya baru sadar ketika semuanya sudah terlambat.
Recent Comments