Pariwisata “Edi Peni Adi Luhung”


PARIWISATA, sesuatu hasil buah pikir manusia. Mulai proses penciptaan, kemasan sampai konsumerismenya. Sehingga pariwisata layak masuk kategori salah satu  industri. Disini artinya industri pariwisata sangat dinamis, bentukannya dapat disesuaikan dengan perkembangan zamannya.

Pandemi COVID-19 yang menutup pergerakan dunia telah menguatkan perkembangan dan penggunaan dunia virtual menjadi semakin besar dan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Kita mulai dari webinar, belanja online via situs/aplikasi e-commerce, ibadah, membuat karya seni, hingga menonton konser termasuk mengunjungi destinasi wisata secara virtual.

Di dunia virtual ini, telah dipergunakan teknologi yang menggabungkan augmented reality, virtual reality, video, avatarholografik 3D, dan sarana komunikasi lainnya. Dunia “metaverse” adalah dunia komunitas virtual yang dibangun saling terhubung satu dengan lainnya. Kita dapat bertemu, bekerja, dan bermain, bahkan bertransaksi jual-beli layaknya dunia nyata berkat bantuan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).

Lalu, apa arti pariwisata edi peni adi luhung dan hubungannya terhadap perkembangan pariwisata Indonesia dan digitalisasi dunia di masa depan?

Dan, siapakah traveler masa depan?

Manusia penduduk dunia silih berganti dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Demikian juga dengan penikmat masa depan pariwisata tentu generas,i populasi warga negara dunia selanjutnya.

Secara global perhitungan rata-rata populasi dunia berdasarkan umur adalah 26% yang berusia dibawah 15 tahun, kemudian 9% yang berusia diatas 65 tahun. Dari data ini bisa disimpulkan ,ti usia produktif yang berusia antara 16 – 64 tahun adalah 65%. Apabila kita ambil usia rata-rata manusia adalah 75 tahun, maka setiap tahun pemimpin dunia masa depan akan selalu bergeser. Kita semua, saat ini memegang kendali dunia membuat berbagai cara pelestarian dan kebijakan dan peraturan. Kemudian satu per satu dari kita diambil kembali oleh alam semesta dan tidak punya kontrol lagi.

Sebagai dasar perhitungan logis, di era Milenium kini, ada enam (6) generasi yang  masih hidup di masyarakat dan bisa dipergunakan sebagai referensi perubahan dan peralihan zaman.

1.Silent Generation – Masyarakat dalam generasi ini lahir antara tahun 1925–1945 yang artinya berusia antara 97 – 77 tahun

2.Generasi babyboomers – Generasi ini lahir antara tahun 1946-1964yang artinya berusia antara 76 – 58tahun(ada kerancuan permulaan perhitungan tahun kelahiran babyboomers vs SilentGeneration).

3.Generasi X – adalah orang-orang yang lahir diantara tahun 1965-1980yang artinya berusia antara 57– 42 tahun

4.Generasi Y atau milenial – Mereka yang lahir pada tahun 1981-1994. Populasi dunia saat ini dipenuhi oleh generasi Y atau milenial berusia antara 41 – 28 tahun

5.Generasi Z – Generasi yang lahir tahun 1995-2010 berusia antara 27 – 12 tahun

6.Generasi Alpha – Generasi paling baru dan muda lahir setelah tahun 2010anberusia 1 hari – 12 tahun ke bawah.

Bagaimana pula kemudian kita-kita yang saat ini pada usia paruh bayaGen X bisa yakin kalau peninggalan generasi di atasnya akan diteruskan dan dilestarikan tanpa diubah-ubahdimodifikasi sesuai zaman peradaban di atas bumi yang akan terus berlangsung oleh Gen Y, Z dan Alpha?

Baik dan Mulia

AjaranEdi Peni Adi Luhung artinya sesuatu yang baik dan mulia. Pitutur luhur—kata-kata mutiara Jawa— ini menunjukkan kondisi situasi yang sangat baik. Semuanya merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan untuk menjaga kehormatan bangsa. Dalam pemikiran konsep Jawa, segala sesuatu yang harmonis disebut edi peni. Sementara adi luhung menjelaskan kondisi yang sangat mulia, berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku utama. Edi peni adi luhung sering pula digunakan untuk menyebut sesuatu yang pasgandes pantes, berkaitan dengan citra dan karya manusia.

Sejak pada awalnya, masyarakat tradisional Jawa dan Asia pada umumnya dikenal sebagai pencinta keindahan. Tidak mengherankan, jika dalam berbagai karya dan peninggalan fisik mau pun akulturasi budaya, mencerminkan keluhuran dan keindahan. Kita dapat dengan mudah menemukan keindahan candi, keraton dan tata bangunan pendukungnya. Termasuk masjid,keris, benteng, corak batik, seni tari, seni musik, karya tulis, tradisi upacara adat, busana dan kain tradisional, tata rias dan kecantikan, berbagai aturan adat yang harus dipegang teguh oleh setiap manusia dan banyak hal dalam unsur kebudyaan.

Sekali lagi, dasar pariwisata adalah bentukan industri buatan manusia, hasil interaksi antar manusia untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan pancainderanya,— tentu saja nilai-nilai nya akan disesuaikan dengan zamannya.—

Mari kita kontemplasi: orangtua dan leluhur kita menyebut generasi kita ,sebagai generasi penerus oleh mereka.

Apakah kita yang tidak mau disebut kuno melakukan beberapa perubahan arsitektur, fesyen dan sebagainya?

Ini fakta dan bukti nyata, bahwa saksi sejarah bisa tergerus oleh zaman.

Kemudian apa sebenarnya motivasi kita masing-masing untuk berwisata?

Apa pula faktor penarik destinasi-destinasi pariwisata di Indonesia untuk mendatangkan wisatawan-nya?

Baik, mari mencari referensi terlebih dahulu supaya lebih afdol dan terhubung.

Nomer 1,Korea Selatan di wilayah Asia menarik turis domestik dan asing yang mempunyai alasan ke Korea Selatan untuk mengunjungi K-pop dan Hallyu – Korean Wave produk ekspor ekonomi budaya yang mencapai popularitas global. Kita, sudah tahu,paham bahkan menjadi penikmatnya,  antara lain K-pop Musik dan Drakor —membuat kecanduan karena jajaran artis berpenampil cantik rupawan dan busana trendi mereka.

Nomer 2, lalu apa alasan orang-orang berwisata di AS?

Kalau kita mengenal nama-nama kota paling populer kunjungan, kita langsung memahami landmarknya.Yang paling gampang adalah Las Vegas. Area padang pasir menjadi kosmopolitan, Kasino dan hiburan non-stop 24 jam. Kemudian Los Angeles dengan Beverly Hills area shopping barang ber-merek dan Hollywood pusat perfilman dengan deretan nama-nama artisnya yang go global.

Ya, survey menunjukkan para wisatawan mengunjungi Amerika Serikat untuk menyaksikan dan menikmati keajaiban alam, pariwisata perkotaan, bangunan bersejarah, dan tempat hiburan.

Mengacu pada dunia hiburan, ternyata tokoh-tokoh artis papan atas —popularitasnya menembus seluruh dunia–. Yang mendatangkan turis. Contoh: Elvis Presley yang masih banyak duplikasinya di berbagai negara sampai sekarang. Kemudian rumah dan makam Elvis menjadi museum dan masuk program “placesofinterest” pariwisata AS. Must-visit selanjutnya Universal Studio, Disneyland.

Paham?! Bahwa pariwisata di Amerika Serikat sudah mapan baik sebagai aktivitas budaya maupun sebagai industri.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sudah diakui dunia, bahwa Indonesia mempunyai kekayaan alam, kebudayaan dengan beragam suku dan bahasa, sangat luar biasa. Tetapi, mengacu pada kesuksesan dua (2) negara –referensi— ternyata Korea Selatan dan Amerika Serikat mampu menjadi magnet pariwisata budaya melalui karya seni, industri kesenian mereka dengan menggunakan  artisan, seniman  mereka.

Saat ini,—terima kasih kepada teknologi,— Indonesia mempunyai puluhan bahkan mungkin bias mencapai ribuan talentready untuk diangkat, dibina dan dipopulerkan—go international. —  Menurut saya, negara melalui sinergi Departemen Pariwisata, Budaya, Pendidikan dan kementrian tertaut lainnya harus mengadopsi ekosistem pariwisata budaya mereka.

Lalu bagaimana dengan kualitas industri sendratari, drama TV, perfilman juga seni pentas Indonesia yang bisa menjadi alasan, daya tarik wisatawan internasional memilih Indonesia sebagai destinasi kunjungan wisata masa depan?

Menurut saya, selayaknya para negarawan Indonesia bersinergi dan memagnetisasi industri pariwisata Indonesia dengan menggunakan industrialisasi seni. Eksistensi seniman, bukan  hanya seseorang yang berkarya tergantung mood, inspirasi dan musiman, tetapi 100% dijadikan bagian dari industri seni dan budaya.

Warisan budaya leluhur Edi Peni Adi Luhung tetap bisa dilestarikan dan di simpan diperpustakaan secara digital. Storytelling menggunakan Artificial Intelligence, gabungan teknologi  Metaverse, VR – Virtual Reality dan seni pentasnya menggunakan teknologi AR – Augmented Reality. Telah dibuktikan oleh China —bagian atraksi mengagumkan— pada pembukaan Summer  Olympic  Games 2008 di Beijing dan dan 2020 di Tokyo.

Pariwisata masa depan untuk Indonesia selain versi modifikasi, tetap ada versi asli. Seperti kita menyaksikan piramida di Mesir dengan cerita Firaun-nya —sampai sekarang masih menjadi bahan penelitian ilmiah bagaimana Piramida bisa dibangun seperti itu.—

Dimasa depan selain manusia tetap melakukan perjalanan wisata secara fisik dari antar kota, provinsi, dari pulau satu kepulau lainnya, lintas benua, juga bisa menjadi penikmat pariwisata digital dari tempat kediaman masing-masing.

Beda sensasi? Itu pasti!

Pilihannya adalah pada kemampuan membiayai suatu perjalanan dan kebutuhan eksplorasi experience masing-masing individu.*

Jember, 18 Juli 2022

Jeffrey Wibisono V. Praktisi Perhotelan dan Konsultan



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »