Pariwisata Bali Bangkit, Turis dan  Frontliner Pariwisata Sama-Sama Bersyukur


SANUR, bisniswisata.co.id: Bernie nongkrong di warung sambil menyeruput minuman ringannya dengan santai. Wanita asal Brisbane, Australia ini mengaku sudah tiga minggu lalu tiba di Bali.

Absen panjang berwisata selama dua tahun lebih selama pandemi COVID-19 akibat tidak ada penerbangan internasional membuatnya langsung memilih Bali sebagai tujuan berwisatanya apalagi Australia justru saat ini sedang mengalami musim dingin.

Wanita separuh baya dengan rambut bergelombang ini mengatakan di negara asalnya sudah banyak kelonggaran perjalanan sehingga setiba di Bali dia bisa langsung mengunjungi mitra-mitra bisnisnya.

” Saya sebelum COVID memang bolak-balik ke Bali dan pernah tinggal lama juga di Lombok. Kerjaan saya dulu jual-beli baju-baju dan kerajinan dari Indonesia di Aussie. Bahasa kerennya eksportir,” ujarnya  sambil tergelak.

Dia memilih tinggal di Sanur Kauh kawasan yang dipadati hotel dan homestay yang berada di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Pilihannya memang tepat karena warung tempatnya bersantai disebelahnya adalah restoran Padang 24 jam yang dipadati wisatawan domestik.

Semua kebutuhan tersedia di mini market depan warung, belum lagi toko souvenir, laundry, warung kopi, bakery hanya dalam hitungan langkah. Tak heran di kawasan Sanur Kauh ini turis bule dari berbagai negara berjalan berombongan atau sewa motor mandar-mandir tanpa memakai masker seolah COVID-19 sudah hilang di bumi RI ini.

Kondisi jalanan di Pulau Dewata yang menjadi destinasi wisata utama ini memang  macet, tingkat hunian hotel penuh dan turis kembali berkeliaran di tepi-tepi jalan menghidupkan perekonomian Bali.

Di dalam hotel Taksu Sanur, hotel bintang empat di kawasan yang sama, tepatnya di jl Sudamala No.26, staff hotel bernama Antari pagi itu sibuk menyapa tamu-tamunya dan menyiapkan meja untuk mereka yang hendak sarapan.

Tamu hotel yang 98% wisatawan mancanegara dan segelintir tamu Indonesia membaur di ruang makan tepi kolam sambil menikmati sarapan paginya.

” Bersyukur sekali di liburan musim panas pertama setelah pandemi COVID -19 menurun dan terjadi pelonggaran dimana-mana di seluruh dunia membuat kegiatan pariwisata di Bali juga bangkit,” kata Antari bahagia.

Sejak Mei 2022 lalu pasca Lebaran Antari sudah bekerja setiap hari di Taksu Hotel Sanur, sebuah hotel bintang 4 tampat dia bekerja sejak 2018. Rona bahagia terpancar dicwajahnyal setelah sempat  di rumahkan hingga akhir 2021 lalu mulai masuk bergilir seminggu sekali hingga akhirnya normal kerja kembali saat ini.

” Saya dan suami sama-sama kerja di hotel dan dirumahkan sehingga akhirnya saya berjualan kue donat dan risoles di pasar Sangeh untuk menyambung hidup. Kami sebagai frontliner pariwisata Bali kebetulan tidak tersentuh bantuan pemerintah hingga akhirnya pulang kampung, berjualan di pasar Sangeh,” kata Antari sambil menyebut nama desanya.

Setelah penerbangan internasional ke Bali di buka 4 Febuari 2022 lalu, sekitar delapan bulan dari jadwal semula Juli 2021, Bali mulai menggeliat perekonomiannya.

 ” Saya sangat bersyukur karena pengalaman jualan kue biar harga murah hanya  Rp 1000,-/ buah masyakat kebutuhan utamanya untuk bisa bertahan hidup dan bisa makan tiga kali sehari jadi jualan saya sering tidak laku” kata Antari.

Steven Sharma sejak pembukaan penerbangan internasional Bali sudah dua kali berlibur dari Amerika Serikat.

Di seputar kolam renang, wisman banyak menghabiskan waktu dan saling bertegur sapa. Apakah pengalaman pandemi COVID-19 membuat mereka menjadi lebih human dan tidak individualistis ?.

Steven Sharma, wisatawan asal AS asyik melakukan olahraga aqua aerobic di kolam hotel, berjalan di dalam air seperti halnya jogging diselingi berenang. ” Saya turun 9 kg dengan aqua aerobic dan mengatur pola makan. Olah karena itu dalam kunjungan ke dua ini saya sangat di support istri,” katanya.

Sejak penerbangan internasional sudah dibuka, Steven yang keturunan India dan beristri Muslimah dari Pakistan dan keluarga sudah dua kali bolak-balik ke Bali. Kunjungan pertama 21 hari bersama istri dan anak tunggalnya. Kali ini dia datang sendiri dan melakukan Work from Bali.

Ayahnya yang bekerja di kargo United Arlines sering mengajak keluarganya untuk travel sehingga Steven dan keluarganya sendiri juga punya hobi traveling. Dari berbagai perjalanannya itu, Indonesia mendapat tempat khusus di hatinya meskipun Thailand dan negara Asean lainnya juga memiliki kekayaan alam yang indah.

“Orang Thailand dan Indonesia sama-sama ramah namun dalam hal hospitality yang menonjol adalah orang Indonesia nampaknya lebih bekerja dengan hati sehingga langsung klik dan jadi seperti saudara,” kata Steven yang akrab dengan para staff hotel.

Steven mengaku sebagai digital nomad bisnisnya berjalan lancar dan dia mengeksplor hotel-hotel lain dan daerah wisata di Bali lainnya. ” Istri saya kali ini tidak ikut tapi kami akan selalu kembali ke Bali,” tegasnya.

Dia ikut senang pariwisata Bali bangkit, sebagai turis dia dapat kembali ke pulau dewata, bertemu kembali dengan teman-teman barunya, para frontliner di industri pariwisata Bali

 

 

 



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »