Pameran Bersama, Sapuan Warna Di Atas Lukisan Cat Air


Niken Vijayanti bersama Ibu Harmoko dan Agus Budiyanto, penyelenggara sekaligus pelukis yang menekuni karya lukis cat air selama 50 tahun.

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Sebagai pelukis yang hampir 50 tahun menekuni lukisan cat air, Agus Budiyanto meyakinkan, seni lukis cat air tidak pernah mati. Buktinya, setiap tahun ia berpameran dengan murid-muridnya yang semakin banyak jumlahnya.

Pada 1-14 Desember 2024, Agus Budiyanto bersama 40 pelukis anggota Agus Budiyanto
Aquarelle Studio (ABAS), mengadakan pameran seni lukis cat air ke-14. Pameran lukisan berjudul Be Yourself #2 itu  diselenggarakan di 75 Galeri (Jakarta Selatan) dan dibuka oleh Quoriena Ginting, kolektor wastra Indonesia dan penulis buku Nusawastra Silang Budaya.

“Dengan semakin banyaknya pelukis yang menekuni media cat air, saya berharap murid-murid terus tekun berkarya supaya bisa menjadi pelukis profesional,” ujar Agus Budiyanto.

Dia akan selalu menjadi jembatan bagi murid-murid untuk bisa memamerkan karyanya di Indonesia dan di negara lain, tambah Agus Budiyanto.

Sebagian besar pelukisnya adalah wanita, di antaranya Vera Eve Liem, mantan bankir dan
kolektor lukisan, kemudian tertarik belajar melukis. Karyanya, antara lain, Runway Odyssey dan Rolling Dragon.

Ada pula Umi Haksami, yang juga belajar melukis setelah selesai masa tugas di sebuah bank. Ia sudah berparsipasi dalam 55 pameran di dalam dan luar negeri.

Kali ini Umi, selain menghadirkan judul R&B, juga Hening di Gemuruh Ombak. Menurut catatan Bambang Asrini Widjanarko yang menamakan dirinya “esais seni rupa”, Umi menggunakan teknik abstrakf.

“Yang menyertakan bagaimana air menyeruak sebagai panggilan khas karakter cat airnya di Hening di Gemuruh Ombak,” ujar Bambang.

Pelukis lain yang menarik perhatian adalah Aviliani. Salah satu ekonom ternama di Indonesia. Ternyata tiga tahun belakangan gandrung menekuni lukis cat air.

 

Penulis Rita Sri Hastuti, bersama Umi Haksami di depan karya Umi Haksami, Quoriena Ginting, kolektor Wastra Indonesia, saat membuka pameran serta dua lukisan karya Lukisan karya Vera Eve Lim dan lukisan  Through the Glass  karya Niken Vijayanti.

Awalnya, Aviliani belajar melukis untuk mengisi kekosongan akibat pandemi, akhirnya jatuh cinta pada seni lukis. “Kalau cat air, tidak ada kata salah. Tercoret pun bisa jadi tambahan objek lukisan,” ujar Aviliani, yang dalam pameran menampilkan dua lukisan, Rhythm of Fantasi #1 dan Rhythm of Fantasi #2.

Tampil pula Niken Vijayanti, putri alm.Harmoko (Menteri Penerangan pada masa Presiden Soeharto). Niken, yang kehadirannya didampingi Ibunda Sri Romadhiya Harmoko, sudah mendalami seni lukis sejak di SMP.

Dalam pameran kali ini, Niken menampilkan empat lukisan, antara lain Through the Glass dan Lost in The Cosmic. Selain itu, Tianty Trisna Dewi, kelahiran Berlin (Jerman), yang semasa kecil sering diajak orangtuanya berkeliling museum. Semasa sekolah menengah atas di Singapura, ia belajar melukis dengan akrilik dan membuat keramik, bahkan sudah berpameran.

Maka, ketika anak-anaknya sudah dewasa, ia kembali ke hobi lama dengan belajar aquarelle kepada Agus Budiyanto.

Sapuan Warna Tipis

“Teknik aquarelle adalah teknik melukis menggunakan cat air dengan sapuan warna yang tipis sehingga hasil lukisan bernuansa transparan,” jelas Agus Budiyanto, yang juga pendiri Internasional Watercolor Society (IWS) Indonesia.

Menurut Agus Budiyanto, kegiatan melukis
dengan cat air selalu dilakukan oleh masyarakat luas. Praktek melukis dengan cat air sudah berlangsung selama belasan abad. Meski demikian, keterampilan tersebut tak pernah lekang oleh zaman.

Hingga kini, melukis dengan cat air tak hanya dilakukan oleh perupa senior, tetapi juga perupa-perupa muda yang memiliki karya luar biasa. Apalagi, perupa muda cenderung semakin mengasah keterampilan teknis dan kepekaan agar bisa menjadi perupa profesional.

Sebagai pelukis dan guru lukis cat air, Agus Budiyanto mengingatkan, “Salah besar
menggunakan cat air dengan cara-cara seperti media lain. Kekuatan cat air justru tidak dimiliki oleh media lain.”



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »