Orang yang Punya Kesamaan Bau Badan Cenderung lebih Cepat Berteman


Orang-orang yang berbagi perasaan secara naluriah atau “chemistry” menyebabkan mereka cepat menjadi akrab satu sama lain. Secara arti harfiah, ungkapan ini bisa jadi benar, hal ini diperkuat sebuah penemuan studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, Jumat (24/6) lalu.

Penelitian tersebut menemukan bahwa orang-orang yang memiliki bau badan serupa akan cenderung lebih cepat tertarik satu sama lain dan merasa cocok untuk berteman.

“Mamalia darat non-manusia terus-menerus mengendus diri mereka sendiri dan satu sama lain dan berdasarkan ini, mereka bisa memutuskan siapa yang menjadi teman atau musuh,” tulis sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Inbal Ravreby di Weizmann Institute of Science di Israel, seperti dilansir AFP, Sabtu (25/5).

Karena orang mencari teman yang mirip dengan diri mereka sendiri, tim peneliti kemudian mengeluarkan sebuah hipotesis bahwa manusia mungkin mencium diri mereka sendiri dan orang lain secara tidak sadar, untuk memperkirakan kesamaan bau badan dan menilai kecocokannya.

Untuk mengetahuinya, mereka mulai mengumpulkan sampel dari dua orang (pasangan) dengan jenis kelamin yang sama, teman yang tidak memiliki hubungan romantis namun saat mereka melihat pada pandangan pertama sudah merasa cocok untuk berteman, yaitu “di mana rasa persahabatan terbentuk sebelum saling bertukar informasi mengenai diri (biografi) secara luas,” ungkap dari isi penelitian tersebut.

Setelah tim berupaya melakukan penelitian lewat sistem yang ekstensif, mereka menemukan adanya kecocokan yang terdiri dari 20 pasangan, setengahnya laki-laki, dan setengah lainnya perempuan, semuanya berusia antara 22 dan 39 tahun.

Untuk mencegah kontaminasi atau faktor luar yang mempengaruhi sampel mereka, semua peserta harus mengikuti protokol secara ketat yang mencakup, harus menghindari makanan pedas, tidur berjauhan dari pasangan dan hewan peliharaannya, serta mengenakan kaos bersih berbahan katun yang disediakan untuk mereka.

Kaos oblong tersebut dikumpulkan dalam tas ziplock dan diuji dengan sebuah teknologi berupa perangkat penciuman hidung elektronik (e-Nose) yang dilengkapi dengan teknik sensor untuk menganalisis komposisi kimia. Para peneliti menemukan bahwa tanda-tanda bau dari “teman klik” secara statistik lebih cocok daripada bau antara non-teman.

Para peneliti menemukan bahwa “teman yang nge-klik” atau saling nyaman satu sama lain secara statistik memiliki tanda-tanda bau badan yang sama dan cocok daripada bau badan antara mereka yang tidak berkawan.

Untuk menilai apakah hasil e-Nose secara akurat mencerminkan persepsi manusia, tim merekrut manusia yang berprofesi mengandalkan daya penciuman dan merancang serangkaian tes untuk memeriksa validitas hasil mereka.

Sebagai salah satu contoh, dalam salah satu tes ini, penciuman manusia disajikan dengan tiga jneis bau: dua dari sepasang teman saling merasa klik atau cocok dan satu adalah outlier. Mereka pun berhasil mengidentifikasi sepasang teman saling merasa klik dan menolak outliter atau yang tidak berteman.  

Karakeristik pertemanan

Hasil ini tampaknya mengkonfirmasi hipotesis bahwa bau badan yang sama dapat memicu terjadinya persahabatan. Secara penjelasan ilmiah, orang yang berteman akan dan meghabiskan banyak waktu dan melakukan aktivitas bersama-sama sehingga hal tersebut akan menghasilkan bau badan yang serupa, hal ini juga dipengaruhi oleh faktor di mana mereka tinggal dan apa yang mereka makan.

Untuk menguraikan dua kemungkinan ini, tim merancang tes lain untuk melihat apakah penciuman bau badan bisa menjadi prediktor utama dan valid untuk menguji hopotesis bahwa dua orang yang belum pernah bertemu bisa memiliki rasa saling klik atau cocok satu sama lain.

Dalam tes yang disebut “Permainan Cermin” ini, para peneliti menggunakan 17 orang yang tak saling kenal satu sama lain sebagai sampel penelitian. Mereka diminta untuk saling berinteraksi satu sama lain dengan berdiri setengah meter terpisah sehingga mereka secara tidak sadar dapat mencium satu sama lain. Selain itu, mereka juga diminta untuk meniru gerakan tangan satu sama lain selama dua menit, tanpa berbicara satu sama lain.

Setelah diuji oleh e-Nose, para peneliti berhasil memprediksi kesamaan kimiawi dalam bau mereka menghasilkan kasus kecocokan timbal balik sebesar 77%, dan diprediksi untuk kasus ketidak cocokan sebesar 68%.

Peneliti juga melaloprkan bahwa semakin dekat bau badan seseorang, semakin mereka saling menyukai dan memahami satu sama lain, serta merasakan chemistry yang lebih besar di antara mereka.

“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teman sesame jenis kelamin yang tidak memiliki hubungan romantis memiliki bau badan lebih mirip satu sama lain daripada yang diharapkan secara kebetulan,” kata kesimpulan para tim peneliti.

Manusia tidak seperti mamalia darat lainnya. Manusia menggunakan bahasa yang kompleks untuk berinteraksi, sehingga mungkin efek penciuman dalam penelitian laboratorium cenderung teramplifikasi dibandingkan efeknya dalam kehidupan nyata.

“Namun demikian, kami pikir hasil penelitian ini secara tersirat mengungkapkan bahwa kita mungkin juga lebih seperti mamalia darat lainnya dalam hal ini jika dibandiingkan dengan yang biasanya kita pahami,” tulis tim penelitian tersebut.(M-4)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »