OJK: Masih Ada 61 Perusahaan yang Ingin Menjadi Emiten Baru BEI


TEMPO.CO, Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mencatat, minat perusahaan-perusahaan dalam negeri untuk mencari dana di pasar modal masih sangat tinggi. Meskipun di tingkat global terjadi pengetatan likuiditas.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengatakan hingga kini minat untuk penghimpunan dana di pasar modal masih terjaga cukup tinggi, yaitu Rp 190,9 triliun dengan emiten baru tercatat sebanyak 48 emiten.

Bahkan, ia berujar, masih cukup banyak perusahaan yang antre untuk menjadi emiten baru di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tergambar dari 61 perusahaan yang masuk pipeline untuk menjadi emiten baru.

“Di pipeline masih terdapat 99 rencana penawaran umum dengan nilai sebesar Rp 83,32 triliun, dengan rencana penawaran umum oleh emiten baru sebanyak 61 perusahaan,” kata dia saat konferensi pers bulanan OJK, Kamis, 3 November 2022.

Inarno mengatakan, di tengah pengetatan likuiditas global, dari sisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat mampu menguat 0,10 persen sepanjang bulan lalu hingga 25 Oktober 2022 ke level 7.048,38. aliran modal asing pun kata dia masih tercatat sebesar Rp 7,74 triliun pada periode itu. 

Adapun secara tahun berjalan, IHSG juga tercatat menguat 7,09 persen dengan non residen membukan net buy Rp 77,22 triliun, meski di pasar SBN non residen outflow Rp 16,04 triliun. Kondisi ini, kata Inarno, mendorong rerata yield SBN naik sebesar 23,27 basis poin di seluruh tenor.

“Secara year to date rerata yield SBN telah meningkat sebesar 103 bps dengan non residen mencatatkan net sale sebesar Rp 177,13 triliun,” ujar Inarno. 

Sementara itu, kinerja reksadana per 25 Oktober 2022 kata dia mengalami penurunan. Tercermin dari penurunan nilai aktiva bersih atau NAB sebesar 1,14 persen secara month to date (mtd) di Rp 524,61 triliun dan tercatat net redemption sebesar Rp 7,67 triliun mtd

Secara ytd NAB turun sebesar 9,31 persen dan masih tercatat net redemption sebesar Rp 61,66 triliun. Namun minat masyarakat untuk membeli reksadana masih tinggi ditandai dengan subscription sebesar Rp 777,86 triliun.

Baca Juga: OJK Mulai Normalisasi Kebijakan saat Covid-19 Meski Risiko Ekonomi Global Masih Menghantui

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »