Ni Luh Ari Astiti, Menikmati Buah Bekerja Dengan Hati.


SANUR, Bali, bisniswisata.co.id: Hari masih pagi. jam menunjukkan pukul 8.00 pagi WIT, namun Ni Luh Ari Astiti sudah tiba di villa tepi pantai untuk melayani pijat dan lulur dari tamu-tamu klien yang datang dari Balikpaoan, Jakarta dan Surabaya.

Dia bekerja sebagai therapist spa di sebuah salon di Sanur. Sebelum jam masuk kerja pada pukul 13.00 dia sudah mendapat job untuk pijat 4 orang tamu di villa. Maklum saat puncak  liburan  sekolah saat ini, Bali diserbu wisarawan domestik kembali maupun  wisatawan dari mancanegara terutama Australia.

Ketika virus pandemi COVID-19 menyerang semua belahan dunia. Wanita cantik berparas khas Bali ini sama-sama dirumahkan bersama suami yang bekerja di bidang travel dan menangani transportasi antar jemput tamu.

“Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan lockdown di berbagai negara membuat Bali menjadi kota mati. sepi sekali terutama di Legian, Pantai Kuta,” kata wanita yang biasa disapa Ari.

Tidak ada hiruk pikuk wisatawan. Bule yang dulu bisa kita jumpai lalu lalang memadati wilayah itu hilang. Wisawatan lokal pun sangat sedikit. Suasana Legian, Pantai Kuta, dan tempat wisata lain di Bali sangat sepi. kenangnya.

Ari mengaku sangat prihatin dengan kondisi keluarga dan rekan-rekannya yang terpaksa dirumahkan, tidak mampu bayar sewa rumah, kembali ke desapun masih sulit makan.

“Di pertengahan 2020, tiba-tiba para klien saya dari mancanegara menyapa melalui Facebook menanyakan kabar saya dan keluarga. Saya ceritakan apa adanya saja kebetulan juga tidak tersentuh bantuan-bantuan pemerintah daerah baik sembako maupun uang,” kata Ari.

Tanpa di duga lebih dari 10 pelanggannya di berbagai belahan dunia mengirim uang bantuan agar Ari dan keluarga tetap survive menghadapi pandemi global itu.

” Ada yang kirim US$50 – US$100, ada juga yang 50 Euro. Buat mereka jumlah itu tidak besar tapi bagi saya selain terharu karena mereka sangat peduli pada sesama umat, juga bahagia dan terhibur karena mereka mengenang pelayanan saya selama mereka di Bali.

Mereka bercerita, kalau di negaranya, meski tidak bekerja sebelum bahkan selama COVID-19 memang ada bantuan dari negara agar warganya tetap terpenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara di Indonesia dengan jumlah penduduk yang ratusan juta, bisa dimaklumi bantuannya tidak merata.

Ni Luluh Ari Astiti berprinsip bahwa melayani tamu harus sepenuh hati sehingga di luar pijat dan spa kalau klien minta diantar ke pasar tradisional, beli oleh-oleh atau berwisata sepanjang dia bisa menyempatkan waktu akan diantar.

” Saya memperlakukan mereka seperti teman atau keluarga dan tidak mematok tarif tinggi mumpung ada custumor,”  katanya.

Saat pandemi, Ari menjadi tulang punggung keluarga karena suaminya Wayan Agus Beni dan putrinya, Ardina, yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 2 juga tidak bisa bersekolah.

Dia teringat ucapan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan dari Kabinet Kerja 2014-2019 yang juga pengusaha pemilik dan Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air dari Jawa Barat

 

 

Ni Luh Ari Astiti ( kanan) berpose di villa bersama para pelanggannya dari berbagai daerah yang datang dari Balikpapan, Jakarta dan Surabaya.

“Bekerja keras adalah bagian dari fisik, bekerja cerdas merupakan bagian dari otak, sedangkan bekerja ikhlas ialah bagian dari hati.” —Susi Pujiastuti.

Menurut Ari, mau bekerja dengan hati atau tidak sepenuhnya ada ditangan kita sendiri. Ada COVID-19 atau tidak maka hatilah yang menggerakkan untuk bekerja bersungguh-sungguh , mendorong bekerja lebih giat, keras, tak mudah menyerah dan cepat puas.

“Dorongan bekerja itu timbul dari diri sendiri sehingga ketika harus menjadi tulang punggung keluarga saya ikhlas sekali dan selalu bersyukur kami masih bisa hidup normal di tengah pandemi dan tekanan ekonomi,” kata Ari.

Oleh karena suami dan anaknya di rumah juga terus beraktivitas dengan kreatif maka mereka bisa saling mendukung dalam mengurus rumah tangga. 

” Di akhir 2020, banyak klien yang sudah berani melakukan perawaran di rumahnya masing-masing sehingga saya juga berani datang dan selektif pada klien-klien yang dikenal. Saya kerjakan dengan senang hati dengan mengendarai motor dan prokes yang ketat,” tuturnya sehingga akhirnya setiap hari ada saja pelanggan yang harus dilayaninya.

Sebenarnya, kata Ari, pelatihan pijat, lulur dan spa yang dipelajarinya hanya berlangsung tiga bulan saat dia mulai bekerja setelah tamat sekolah SMP. Namun, Ari tidak berhenti belajar sehingga dia menemukan titik pijat yang pas untuk mengatasi keluhan klien.

” Seseorang bekerja bisa karena kemauan, kebutuhan, ataupun paksaan. Nah saya memang mau belajar dan butuh kerjaan jadi sehari melayani pijat sampai di atas 6 orang tidak lelah dan jadi sembrono mijet,”

Menurut dia, banyak faktor yang mempengaruhi orang untuk bekerja yang akhirnya membuat orang menjadi ahli dibidangnya bahkan akan menentukan kelangsungan hidupnya.

” Karena saya bersungguh-sungguh, suami dan anak mendukung maka kelangsungan hidup selama COVID-19 justru ditopang oleh bule-bule dan klien lokal  yang bukan siapa-siapa, bukan saudara juga,” kata Ari.

Ari dan keluarga melihat ketika pariwisata menggeliat sejak Libur Lebaran Mei 2022 lalu hingga sekarang dimana liburan musim panas pertama di berbagai belahan dunia datang, Bali juga merasakan imbas positifnya

” Bersyukur, bersyukur, bersyukur Tuhan kasih cobaan bersama sehingga keluarga saya dan putri semata wayang bisa tambah semangat, hati  lebih tenang, nyaman dan bekerja dengan hati maka pikiran kita pun akan terbawa ke arah yang baik dan akan menghasilkan sesuatu yang baik pula,” 

Satu hal lagi yang disyukurinya pula adalah pilihannya umtuk menekuni profesi sebagai therapist spa karena ternyata menjadi pilihan tepat dan menjadi kebutuhan semua orang bahkan segala umur.

Saat melayani dari rumah ke rumah, maka orangtua dan anak-anak menyambutkan dengan gembira karena pijatan Ari yang nyaman dan disesuaikan dengan permintaan klien.

“Istilah Work from Home, School from home danbsemua aktivitas yang dikerjakan di rumah termasuk tren berkebun butuh pikat,” kata Ari tersenyum mengakhiri obrolannya.

 



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »