Bratislava, ibukota Slovakia
Oleh Widha Chaidir
Bagian terakhir dari dua tulisan
BELGRADE, bisniswisata.co.id: Belum juga tiba di tujuan, namun rasa excited alias semangat sudah menjalar ke seluruh tubuh. Ngebolang bersama Tina Hartono dan meneruskan perjalanan dari Podgorica, Montenegro menuju ke Belgrade, ibukota Serbia, menjadi pengalaman perjalanan menyenangkan tahun lalu di bulan yang sama Agustus.
Malam itu kami naik bis umum menembus kegelapan malam dan enaknya dibawa tidur hingga tiba keesokan harinya pukul 7.40 pagi waktu setempat. Perjalanan dengan Flexibus aman-aman saja sih, bisnya berAC, ada wifi dan toilet juga terminalnya luas dengan deretan bis warna hijau dan merah hati yang mendominasi. Bersyukur transportasi bis dan terminal bis kita tidak kalah dengan Belgrade ini.
Belgrade adalah ibu kota dan kota terbesar di Serbia. Kota ini terletak di pertemuan Sungai Sava dan Donau dan juga merupakan tempat bertemunya Daratan Pannonia dengan Balkan.
Nama kota ini secara harfiah berarti “kota putih”. Wilayah perkotaan Beograd memiliki penduduk sebanyak 1,34 juta jiwa, sementara lebih dari 1,65 juta orang tinggal di dalam batas administratifnya
Dulu, wilayah Beograd dihuni oleh orang-orang Slavia pada tahun 520-an dan kepemilikannya diperebutkan oleh Kekaisaran Romawi Timur, Kekaisaran Bulgaria dan Kerajaan Hungaria sebelum akhirnya menjadi ibu kota Raja Serbia Stefan Dragutin (1282–1316).
Pada tahun 1521, Beograd ditaklukan oleh Kesultanan Utsmaniyah dan menjadi ibu kota Sanjak Smederevo. Kota ini diperebutkan oleh Utsmaniyah dan Habsburg dan peperangan sering kali menghancurkan kota ini dan Beograd kembali menjadi ibu kota Serbia pada tahun 1841.
Salah satu kota yang banyak dikunjungi wisatawan asing memang Beograd. Selain karena kota tersebut adalah ibu kota Serbia, kota ini juga memiliki beberapa destinasi wisata yang akan sayang sekali jika dilewatkan.
Kalau tidak memiliki waktu banyak pilih obyek wisata di dalam kota saja dan berjalan kaki menuju jalan Knez Mihailova atau memiliki nama lain Jalan Pangeran Mihailova. Cuci mata di sini merupakan kegiatan wisata yang cocok bagi turis yang ingin menikmati kota Beograd. Jalan ini juga menjadi salah satu marka tanah tua di kota ini.
Di sekeliling jalanan, terdapat beberapa bangunan yang telah dibangun pada akhir tahun 1870-an. Kunjungan kali ini membutuhkan stamina yang kuat apalagi usia saya dan teman seperjalanan, Tina Hartono sudah melebihi 60 tahun dimana kita banyak mengandalkan langkah kaki, namun banyak cafe di sepanjang jalan mulai dari resto/ cafe Eropa, China, Asia dan Thailand.
Kunjungan kami ke negara-negara Balkan ini rata-rata 3 hari dua malam jadi harus memilah-milah mau berkunjung ke tempat bersejarah, tempat beribadah, hingga wisata alam yang pastinya memberikan momen berlibur .
Di setiap kota yang kami datangi selalu ikut “Free Walking City Tour” yang ada aplikasinya online. Ini seperti group tour keliling kota berjalan kaki selama 2-3 jam dipimpin oleh seorang tour leader dan di akhir tour kita bisa kasih tips seikhlasnya, sekitar €5-€10. Biasanya yang kita kunjungi adalah monumen-monumen bersejarah, museum, kastil, katedral dan tempat menarik di sekitar pusat kota.
Tapi begitu tiba pilihannya mengunjungi Benteng Beograd yang berlokasi di jantung kota sehingga lebih mudah untuk mencapainya. Berhubung dalam sejarahnya Benteng ini pernah menjadi perebutan oleh beberapa negara di Eropa Tengah, seperti Monarki Habsburg dan Kesultanan Utsmaniyah.
Tak heran maka rasa penasaran akan pengaruh kesultanan Islam itu tinggi. Apalagi struktur dasar pada tembok dibangun pada awal abad ke-15. Namun beberapa sisi temboknya berasal dari zaman Romawi.
Obyek lainnya adalah Gereja Santo Sava sebuah gereja bergaya Neo-Bizantium yang terletak di kota Beograd, Serbia. Seperti bangunan di Turki, gereja ini merupakan gereja terbesar di Eropa Selatan dan salah satu rumah ibadah Ortodoks terbesar di dunia yang banyak menarik wisatawan. Gereja bergaya Neo-Bizantium ini dibangun untuk menghormati tokoh yang bernama Santo Sava yang disesuaikan dengan nama gereja.
Dari Serbia, kegiatan ngebolang berdua ini akhirnya mengantar kami ke Budapest, ibu kota dan kota terbesar di Hungaria, serta merupakan kota terbesar kesepuluh di Uni Eropa berdasarkan jumlah penduduk. Banyak juga keunggulan lainnya di sini yaitu biaya wisata yang relatif terjangkau dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di Eropa.
Budapest menawarkan pengalaman wisata berkualitas tinggi dengan biaya yang relatif lebih rendah, baik untuk akomodasi, makanan, maupun atraksi wisata. Dengan semua keunggulan ini, kota ini menjadi pilihan yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati kombinasi antara keindahan alam, sejarah, budaya, dan relaksasi.
Bagi kalangan arsitek mungkin bisa menikmati arsitektur yang mempesona karena Budapest terkenal dengan bangunan bersejarahnya, seperti Gedung Parlemen Hungaria yang megah, Kastil Buda, dan Basilika Santo Stefanus. Gaya arsitektur yang bervariasi, mulai dari Barok hingga Art Nouveau, memberikan pesona tersendiri bagi pengunjung.
Jangan lupa di sini banyak pemandian air panas dan Budapest dikenal sebagai “Kota Spa” karena memiliki banyak pemandian air panas alami. Pemandian Széchenyi dan Gellért adalah yang paling terkenal, menawarkan pengalaman relaksasi unik dalam suasana yang mewah dan historis.
Apa sempat ke Széchenyi Thermal Bath yang lokasinya di Taman Kota Budapest ya ? dari aplikasi dan situs resmi harga tiket masuknya per orang setara tiket Rp 461.548,38 nyaris Rp 500 ribu/ per orang untuk masuk kolam. Buat yang ngebolang dengan transportasi umum seperti kami ini berendam di kolam air hangat memang tawaran yang menggiurkan sih.
Széchenyi Thermal Bath
Sungai Donau membelah Budapest menjadi dua bagian, Buda dan Pest. Pemandangan di sepanjang sungai, terutama di malam hari dengan jembatan-jembatan yang diterangi, sangat menakjubkan. Berjalan di sepanjang sungai atau mengikuti tour perahu adalah kegiatan yang populer. Nongkrong di bar-bar unik yang disebut “ruin pubs” juga banyak dilakukan wisatawan.
Budapest memiliki sejarah yang kaya dan beragam, dengan banyak museum, galeri seni, dan situs bersejarah yang menarik. Museum Nasional Hungaria dan Galeri Seni Budapest adalah beberapa tempat yang patut dikunjungi.
Kesan saya Budapest memiliki sistem transportasi umum yang baik dan efisien, membuatnya mudah diakses dan dijelajahi. Selain itu, kota ini juga terletak di tengah-tengah Eropa, menjadikannya titik awal yang baik untuk menjelajahi negara-negara Eropa lainnya.
Tak heran kalau perjalanan kami setelah Budapest adalah menuju ke Bratislava (Slovakia) dan akan berakhir di Prague atau Praha. Tina akan kembali ke Denhaag, Belanda dan saya sendiri akan melanjutkan ke Krakow, Polandia.
Jujur, Bratislava yang saya tunggu-tunggu sepanjang perjalanan ini karena bukan destinasi populer bagi warga Indonesia.
Bratislava berada di barat daya Slovakia di kaki pegunungan Little Carpathians, berada di kedua tepi Sungai Danube dan tepi kiri Sungai Morava. Kota ini berbatasan dengan Austria dan Hungaria, menjadi satu-satunya ibu kota nasional yang berbatasan dengan dua negara berdaulat.
Kami tinggal tiga malam di Bratislava. Di sebuah apartment Airbnb yang lokasinya dekat pusat kota. Maklum banyak yang ingin dilihat dan pastinya kota tua atau Bratislava Old Town. Di sini kita bisa mengeksplor beberapa tempat menarik seperti Bratislava Castle dan Blue Church yang lebih berpenampilan seperti bangunan kastil negri dongeng yang berwarna biru.
Untuk mencapai kastil di atas bukit perjuangannya adalah jalan kaki terus dengan naik – naik tangga dan jalanan meliuk-liuk khas kota tua sampai akhirnya dapat pemandangan indah dari atas ketinggian, melihat gedung-gedung kuno dan pemandangan kota yang dibelah oleh sungai dan ikon gereja.
Dari atas ketinggian bisa menikmati pemandangan indah jembatan dan landmark Bratislava, sungai Danube, melihat lalu lalang kapal turis. Dari ketinggian kastil saya suka banget lihat ke bawah dengan suasana kota tua di Bratislava ini. Rasanya Tenang dan menghanyutkan.
Sambil menikmati suasana bisa duduk istirahat sambil menyantap camilan. Tempat yang cocok sih untuk berkontemplasi dengan pertanyaan siapa saya ? dimana saya ? mau kemana saya ? ini pertanyaan diri untuk spiritual hidup kita ya sebagai muslim atau muslimah.
Bratislava kota yang cukup tenang, cantik dan asyik sekali untuk dikunjungi, karena banyak pemandangan indah yang bisa kita temukan di sini. Slovakia merupakan satu-satunya negara Uni Eropa yang tidak memiliki masjid karena dilarang membangun masjid.
Dengan penduduk sebanyak 5,43 juta jiwa, mayoritas penduduk di Slovakia beragama Kristen, sementara komunitas Muslim terestimasi sekitar 6.000 orang, setiap bulan suci Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri konon KBRI menyelenggarakan sholat bersama untuk semua muslim yang ada dan berasal dari berbagai bangsa.
Oh iya, buat yang tidak nyaman berjalan kaki karena kesehatan yang terganggu bisa keliling-keliling naik bis wisata berwarna merah menyala. Rasakan keindahan Kastil Bratislava sembari memandang ibu kota Slovakia yang menawan dengan berkendaraan tak perlu jalan kaki.
Nikmati berwisata di sepanjang Sungai Danube sambil mendengarkan penjelasan audio tentang monumen-monumen yang dilewati, lalu jelajahi kota tua Bratislava yang bersejarah juga bisa dengan bus wisata ya biayanya sekitar Rp 300 ribu lah/ per orang, masih terjangkau ya….
Dikalangan diaspora Indonesia di Eropa, setiap kali ada yang akan berwisata ke Slovakia maka disarankan untuk melongok ‘pria’ terpopuler di negeri ini yaitu Čumil patung perunggu berukuran sekitar 50 cm, menggambarkan seorang pria yang mengintip dari sebuah lubang pembuangan di jalan.
Čumil telah menjadi simbol Bratislava, ibu kota Slowakia, yang pesonanya menarik wisatawan dari seluruh dunia. Saking terkenalnya, Čumil sering tampil di berbagai iklan, program televisi, bahkan juga di film layar lebar. Jadi ingat patung anjing setia Hachiko di Jepang yang banyak di cari wisatawan untuk berfoto bersama.
Patung perunggu ini merupakan hasil karya pematung Slovakia, Viktor Hulík, yang diresmikan pada tahun 1997. Salah satu alasan mengapa Čumil menjadi begitu populer dengan banyak nama dan nama Čumil berasal dari Bahasa Slovakia yang dalam terjemahan lepasnya berarti si Pengintip. Meskipun secara resmi patung itu dinamakan Man at Work (pria yang sedang bekerja).
Kami menyempatkan pula tour sehari ke Vienna (Wina) Austria karena perjalanannya hanya menempuh waktu sekitar 50 menit naik Flixbus. Kemarin dari kastil sudah melihat sungai Danaub yang memisahkan Brastilava itu dengan Vienna (Austria). City tour seharian di sana naik bis hop on hop off dan sorenya kembali ke Bratislava . Besoknya kami meneruskan perjalanan ke Praha ( Republik Ceko).
Sebelumnya Slovakia menjadi bagian dari Czechoslovakia. Karena Czechoslovakia kemudian bergabung dengan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet pasca Perang Dunia II, Slovakia pun ikutan beraliran komunis.
Revolusi Velvet kemudian mengakhiri era komunis di Czechoslovakia pada tahun 1989. Czechoslovakia pun dibubarkan, sebagai gantinya negara Slovakia resmi berdiri pada 1 Januari 1993 Cekoslovakia kembali menjadi negara liberal demokrasi. Sementara itu, nama negaranya pun berubah menjadi Republik Ceko atau Czechia.
Tahun 2004, negara yang berada di Eropa Tengah ini bergabung dengan Uni Eropa. Kini, ibukota dan kota terbesar di Republik Ceko adalah Praha, menjadi destinasi wisata utama di Eropa Tengah yang 10 tahun terakhir perkembangan pariwisatanya terus meningkat.
Praha sebagai ibu kota Republik Ceko dijuluki ‘Kota Seratus Menara’ dan memiliki luas 486 km persegi. Praha terkenal dengan Old Town Square , jantung dari inti bersejarah di Praha yang identik dengan bangunan unik berwarna-warni, gereja Gotik, dan Astronomical Clock yang fenomenal dari abad pertengahan dan ramai dikunjungi wisatawan.
Bangunan Kota Praha
Saat tiba di Praha, tampak bangunan kota yang jauh lebih padat dengan suasana kota yang lebih ceria dengan warna gedung dan atapnya yang berwarna-warni. Tempat wisata di Praha yang terkenal yakni Charles Bridge, yang dibangun pada tahun 1402. Kendati sudah berusia sangat tua, jembatan tersebut masih cukup aman untuk dilewati para pejalan kaki.
Praha juga jadi tujuan bagi turis yang tertarik dengan nuansa romantis khas abad pertengahan. Sejumlah spot di Praha kerap didatangi pasangan kekasih yang dimabuk asmara. Pasangan biasa berjalan di tepi Sungai Vltava atau menikmati keindahan alam dari cable-car ke atas Petrin Gardens, yang bisa menjadi pengalaman tak terlupakan.
Hal yang membuat Praha patut direkomendasikan sebagai tujuan liburan adalah karena kota ini terbilang murah untuk akomodasi dan makanannya. Rata-rata biaya yang mesti dikeluarkan untuk penginapan, makan, minum, dan aktivitas lain hanya sekitar US$41 atau setara Rp656 ribu.
Jangan lupa, Praha adalah kota seni dan banyaknya karya seni berumur ratusan tahun itu tersebar di Galeri Nasional. Bukan hanya satu museum, Galeri Nasional ini punya banyak tempat bersejarah yang tersebar di sekitar Praha yang merupakan tempat penting untuk dikunjungi bagi para pecinta seni.
Tiket masuk gratis untuk semua koleksi permanen. Karya-karya Master Lama disimpan di Biara St Agnes, Istana Šternberk, dan Istana Schwarzenberg. Seni abad ke-19 dapat ditemukan di Istana Salm. Seni modern dan kontemporer di Istana Veletržní.
Hal-hal yang menarik lainnya koleksi internasional di Istana Veletržní memamerkan karya-karya Picasso, Rodin, Miró, dan Klimt, di antara banyak lainnya. Jika hanya punya waktu untuk mengunjungi pilihlah salah satu bangunan Galeri Nasional itu karena wisatawan tidak pernah menyesal melihat kekayaan barang-barang seni yang ada.
Setelah puas ngebolang sambil reuni dengan Tina Hartono teman sekelas waktu di SMAN VI Bulungan, Jakarta Selatan, kami berpisah di Praha. Selama ini baik Tina maupun saya sendiri memang tinggal di dua benua yang berbeda. Tina tinggal di Denhaag, Belanda dan saya sudah hampir 3 dekade tinggal di kota Melbourne, Australia.
Setelah menghabiskan waktu selama 4 malam di airbnb yang hanya berjarak 5 menit dari kota tua Praha, Tina pagi ini menuju bandara untuk kembali ke Denhaag dan saya melanjutkan perjalanan dengan Flixbus ke Krakow, Polandia selama 8 jam seorang diri. Bismillah……
Recent Posts
- Another Scandic Go Hotel Planned for Jönköping, Sweden
- Why Barbados is the ideal island for a family break
- Cincinnati, Ohio Welcomes Hotel Celare, a New Tribute Portfolio Hotel by Marriott, Opening this Winter
- Mode Halal Indonesia Berkembang Secara Global
- Peachtree Group Breaks Ground on Residence Inn by Marriott in San Antonio, Texas
Recent Comments