
Pemandangan indah pagi hari di Swan Paradise
GIANYAR, Bali, bisniswisata.co.id: Dari Jakarta, saya sudah pegang agenda menginap dan aktivitas selama di Bali yang dirancang anak-anak yaitu Deska dan Abhi Justin Sabrinsky yang merangkap ala event organizer , jadi begitu mendarat di Bandara Ngurah Rai Bali dan bagasi sudah tertata di mobil, kami langsung menuju Kabupaten Gianyar, menjauh dari keramaian kota.
Bali sebagai pintu gerbang utama wisata di Indonesia di akhir tahun 2022 memang banyak dikunjungi wisatawan domestik dan mancanegara. Sekitar 1,5 jam kemudian mobil tiba di jalan Desa Saba. Bulan Desember saya dan cucu Dasha berulang tahun jadi bintang utama dari perjalanan kali ini adalah sang cucu dan sang andung ( nenek) sebagai guest star bersama oma Dewi dan akung Hari sebagai besan.
Lokasinya cukup mengejutkan karena lagi asyik merasakan Bali yang ‘asli’ dan menikmati suasana kehidupan desa setempat, mobil berbelok sedikit dan berhenti diantara vila-vila mewah. Tidak ada gapura sebagai pintu masuk seperti layaknya boutique hotel lainnya di Bali.
Swan Paradise Hotel & Resort by Desa Pramana ini letaknya di Desa Saba, Gianyar. Rupanya masuk jaringan hotel lokal yang bernama Pramana Desa Hotels. Sesuai namanya Swan Paradise maka banyak patung angsa dari berbagai ukuran di lingkungan hotel ini dan patung Bali lainnya. Baru bertemu dengan dua patung angsa di depan bangunan office, cucu Dasya sudah bergaya minfa foto dengan angsa hitam.
“Selamat datang di Swan Paradise Desa Pramana Swan, ” ucap staff reception hotel dengan ramah menyambut tamunya. Hotel yang berlokasi di Jln Raya Bonbiyu. Banda, Blahbatu, Gianyar . Kalau di Google tertulis Swan Paradise by Pramana Desa Swan. Apakah jaringannya berarti resort butik yang berada di desa ?. Sebuah golf car langsung membawa kopor-kopor ke villa begitu urusan check-in selesai.
Biar gampang saya sebut Swan Paradise saja deh. Resort Hotel ini baru buka Juli 2022 dan begitu check-in di villa mata akan tertuju ke kolam renang pribadi dong. Sempurna ! my girl Deska tahu persis mamanya cuma punya olahraga renang doang.
Vilanya seluas 350 meter persegi dengan private pool plus tiga kamar. Oma dan akung dapat master bed room di bawah tepat di pinggir kolam renang. Dasha dan orangtuanya di master bed room kamar atas, bertetangga dengan kamar andung Hilda bersama si bontot justin.
Taman dan rimbunnya pepohonan memang menjadi daya pikat yang luar biasa, apalagi buat oma Dewi dan akung Hari yang pecinta anggrek dan tanaman lainnya. Inilah kelebihan villa ini dalam konsep penyatuan dengan alam sekitar tentunya.
Dari reception, villa kami tepat di antara maskot tugu sosok pria dan angsa-angsa. Di villa ini hampir seluruh dinding ruangan santai di bagian bawah terdiri dari kaca. Jadi tinggal buka tirai sekeliling langsung pemandangan cantik taman-taman dengan payung putih di depan villa atau kolam renang pribadi dengan pemandangan serba hijau di halaman belakang.
Villa Eden
Sesuai misinya menjadi ‘surga’ tersembunyi maka nama villa kami adalah Eden, villa tiga kamar dengan private pool. Dalam bahasa Ibrani, Eden memang taman surga tempat Nabi Adam dan Hawa tinggal sebelum ke bumi. Nama 4 villa lainnya juga pakai nama surga dari berbagai bahasa lainnya. Selain villa juga ada puluhan kamar-kamar hotel resort.
Dua pintu geser villa memudahkan penghuni untuk keluar masuk. Ada tangga di sisi kiri untuk ke kamar atas dan ruang duduk di bagian tengah di isi furniture kayu beralas jok bantal putih untuk bersantai sambil menonton TV.
Masih di ruangan bawah yang jadi titik kumpul penghuni, ada meja makan yang menyatu dengan dapur bersih dengan semua peralatan makan dan perabotan dapur yang lengkap tersembunyi dalam lemari-lemari di bawah kitchen set. Kulkaspun tersembunyi di balik lemari yang senada dengan interior sekelilingnya.
Saya pilih membenamkan diri di kursi-kursi panjang sejenak usai menata koper di kamar dan menikmati pemandangan dari teras atas. Persis seperti foto di medsos hotel ini pemandangan dari teras lantai atasnya memang seperti lukisan. Pantas di fotonya saat sunrise pemandangannya seperti negri di atas awan dengan bangunan villa yang tersingkap kabut.
Pilihan menginap di resort ini antara lain karena lokasinya yang tersembunyi tapi justru dekat dengan destinasi wisata yang ramah anak seperti Bali Safari, Bird Park, pengenalan budaya ke Pura Dalem Agung Padang Tegal, Pura Goa Gajah atau mengenal industri kreatif di pusat belanja oleh-oleh Krisna semua berjarak sekitar 20 menit dari hotel.
Ada Air terjun Tegenungan yang membuat wisatawan mancanegara sibuk main air bersama keluarga dengan ketinggian 15 meter. Meski tidak begitu tinggi, debit airnya sangat deras. Airnya juga bersih dan bening. Obyek wisata baru di sebelahnya adalah jembatan kaca sepanjang 188 meter di atas ketinggian 66 meter di Gianyar, Bali.
Swan Paradise lokasinya sempurna untuk memperkenalkan pada cucu, balita berusia 3 tahun dengan suasana pedesaan dan nuansa tradisional yang memikat tanpa henti. Usai istirahat sejenak, rombongan kecil langsung menuju air terjun Tegunungan.
Tujuan utamanya makan siang di warung internasional menikmati bebek goreng, es kelapa muda dan makanan utama lainnya ala barat seperti pizza, fetuchini dan menu lainnya. Cucu Dasha tiba-tiba menunjuk lampu-lampu restoran yang unik terdiri dari susunan tusuk sate dan lainnya dibalut anyaman bambu. Andung dengan gesit memotret lampu-lampu itu membuat cucu tersenyum melihat hasil bidikan neneknya ini.
Menjelajah villa
Kembali ke villa Eden, tempat kami menginap, penjelajahan dalam villa saya mulai dengan perut yang masih kenyang usai makan siang. Kamar saya dilantai atas dan tempat tidurnya berkelambu putih, sprei putih dengan bangku panjang jati diujung tempat tidur juga dengan alas putih.
Sebagai aksen ada dua bantal segi empat berwarna ungu dan bed runner scarves dengan warna sama mempercantik tempat tidur dan dua meja kecil ( nakas) di kiri kanan tempat lampu tidur. Tepat di atas tempat tidur ada ukiran kayu bentuk bunga-bunga teratai kecil warna keemasan menempel di dinding yang bisa berfungsi sebagai lampu juga.
Lemari bajunya terbuka dengan gantungan dua buah piyama dan menyatu dengan rak dan meja untuk minuman mineral, teko pemasak dan beragam minuman panas aneka kopi, teh Inggris dan dipojokan ada televisi layar datar dengan beragam channel di dalam dan luar negri
Dua sisi kamar tidur adalah kaca dan dinding. Pintu masuknya dari kaca yang tinggi dengan dua kordein tipis dan tebal. Tirai ini tinggal dibuka sehingga pemandangan langsung ke teras dan alam terbuka. Sementara di balik dinding ada kamar mandi yang luas lengkap dengan bath up putih untuk berendam di air hangat. Kloset bersebelahan dengan air mancur untuk bilas di batasi selapis dinding kaca bening juga.
Uniknya pintu kamar mandi dilapisi gambar penari Bali dengan lirikan mata yang khas membuat nuansa Bali lebih kental menghadap ruang tidur. Mata saya terus menjelajah dan melihat hair dryer terbungkus kain yang membuat saya lega karena setiap kali usai renang membutuhkan pengeringan rambut.
Kamar mandi terasa jauh lebih luas dari kamar tidur, meski saya tidak mengukur sendiri besar ruangan. Namun yang menjadi perhatian saya adalah perlengkapan mandinya seperti tempat sabun, shampoo, body lotion yang semua berada di dalam wadah botol cembung dari batu.
Ya betul asli asalnya batu. Jadi batu kali bukan hanya menjadi cobekan untuk mengulek bumbu tapi bisa jadi botol batu artistik toiletries. Tentunya butuh kreativitas dan inovasi untuk merubah fungsi batu menjadi botol.
Pandangan mata lalu menyapu meja lengkap dengan perlengkapan mandi seperti handuk, keset dan towel lainnya. Saya mengintip dari vertikal blind ( tirai) jendela yang menjadi penutup kamar mandi ke arah taman luar, tampak sebuah bus wisata masuk membawa penuh penumpang untuk gathering akhir tahun dari sebuah perusahaan. Rupanya hotel resort ini juga ideal untuk meeting, honey mooner dan kegiatan insentif perusahaan.
Kembali ke balkon atau teras didepan kamar dengan dua bangku kayu dan meja bulat, melewatkan sore hari dari atas ketinggian dengan pemandangan hijau sejauh mata memandang sungguh nikmat. Secangkir kopi panas dari ketel listrik di kamar menambah suasana sore hari yang disempurnakan dengan lintasan sekelompok burung yang terbang dengan formasi berjamaah di langit. Masya Allah bermigrasi kah mereka ?.
Di bawah, Justin Sabrinsky, anak bontot menghabiskan waktu dengan berenang dan rebahan di kursi panjang pinggir kolam. Banyak ruang yang bisa dimanfaatkan antara kolam dan bangunan villa untuk bikin pesta kecil-kecilan.
Seiring memudarnya matahari sore, tiga staff hotel membawa meja dan perlengkapan barbeque!. Mereka juga sibuk menata perlengkapan makan untuk pesta tepi kolam. Alamak, baru saja membayangkan makan malam di sekitar private pool ternyata my girl Deska sudah punya rencana untuk itu.
Alhamdulilah Ya Rabb jadilah kami pesta dengan cara cebur-ceburan di kolam lalu makan dengan ayam bakar, daging dan tuna, kentang goreng, aneka sosis, jagung bakar dan pelengkap lainnya dengan aroma yang menggoda di selingi gelak tawa dan celotehan cucu yang menggemaskan.
Taman dan area restoran
Matahari sudah tinggi, jam menunjukkan pukul 8.00 WIT ketika duo nenek dan akung Hari berjalan diantara hijaunya pepohon, sementara anggota keluarga lainnya masih meneruskan tidur usai sholat subuh.
Konon Swan Paradise Resort sudah selesai dibangun setahun sebelum dibukanya kembali Bali akibat COVID, jadi meski baru buka 5 Juli 2022 tanamannya semua rimbun bahkan ada taman bunga tulipnya juga, maskot negri Belanda.
Kami berjalan menuju restoran untuk sarapan pagi. Letaknya dekat tambahan pembangunan fasilitas hotel lainnya sehingga pemandangan agak terhalang. Pilihan makanannya juga masih terbatas namun cukup memenuhi kelasnya yang berlabel resort.
Kita perlu naik tangga dulu untuk mencapai restoran tapi akan disuguhi taman bunga yang cantik karena pohon-pohon kelapa, kursi-kursi taman dengan payung merah serta patung-patung Bali ditata dengan baik dan dari kejauhan ada danau buatan, beberapa rumah-rumah penduduk serta jejeran pohon kelapa.
Di bawah sebelum naik ke restoran ada bangunan tersembunyi yaitu fasilitas Spa maupun yang menyukai pijat Bali. Tentunya harus booking dulu supaya bisa menyesuaikan waktu antara terapis dan tamu hotel.
Di The Swan Restaurant, banyak memiliki spot foto yang bisa dimanfaatkan tamu apalagi yang suka selfie dan posting di media sosialnya. Salah satunya adalah dinding hijau penuh dengan ukiran Bali dengan panjang beberapa meter. Mungkin bukan sekedar indah tapi ada filosofinya yang tidak sempat saya tanya.
Dari postingan di medsos, resort ini mengklaim ada taman tulip di sekitar restoran namun karena bukan musimnya tidak terlihat ada bunga tulip yang jadi maskot negri kincir angin Belanda.
Maklum biasanya Tulip mulai berbunga di awal April dan berlangsung sepanjang bulan hingga awal Mei. Pada saat itu, bunga tulip sedang mekar-mekarnya dan akan menghasilkan warna, aroma, dan pemandangan yang sangat indah karena itu akan menjadi pemandangan indah di sekitar restoran.
Sejak check-in, staff hotel juga mengingatkan bahwa untuk melihat matahari tenggelam juga bisa dinikmati dari restoran. Jadi boleh dicoba menunggu sambil menyeruput minuman kopi lokal yang nikmat atau minuman lainnya.
Untuk sarapan pagi jika malas ke restaurant, para penghuni villa bisa minta disiapkan makan pagi di ruang makan villa saja. Jadi seperti di rumah sendiri tinggal menuju meja makan yang menyatu dengan dapur bersih.Tak masalah masih pakai piyama dan wajah polos bahkan belum mandi.
Tak terasa paket 3 hari dua malam terlampaui dan setiap hari cucu Dasha sibuk berwisata seharian di Bali Safari menonton langsung pertunjukkan teater dengan pemain para binatang dan para pengasuhnya, bermain dengan beragam jenis burung di Bird Park dan aktivitas lainnya.
Sebelum check-out sempat jumpa dengan Ni Kadek Karina, sales manager Swan Paradise sehingga kami berdua bisa ngobrol santai. Seperti dugaan saya Swan Paradise ternyata total punya 122 kamar termasuk di lima villa yang ada. Selebihnya kamar deluxe, superior. Fasilitas kolam renang untuk tamu hotel juga terbuka dan ternyata letaknya hanya di seberang villa alias beberapa langkah saja. Ada juga ruang gym dan lapangan tenis.
Karina mengatakan sejak buka pertengahan tahun lalu tamu banyak datang dari Eropa seperti Belanda, Luxemburg dan Rusia yang menjadi long staying guest tinggal lebih lama dari tamu domestik dan asing lainnya.
” Betul sekali kami cocok untuk honey mooner, family, incentive perusahaan dan meeting-meeting terbatas karena kami memiliki fasilitas pertemuan yang lebih intim dan maksimal untuk 200 an peserta,” kata Ni Kadek Karina.
Perbincangan terpaksa dihentikan karena cucu ingin main pasir, menikmati pantai sekaligus pamit check-out pada Karina yang meski baru kenal sudah bisa langsung akrab dengan tamu-tamunya. Cucu Dasha sudah lengket dengan papa Dana untuk berangkat.
Karina dan teman-teman intinya di manajemen hanya 35 orang, selebihnya taman-taman dan area outdoor lainnya melibatkan masyakarat desa. Alhamdulilah konsep pemberdayaan dan sustainable sudah berjalan. Tunggu ya insya Allah saya kembali….
Recent Comments