DIREKTUR Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan peningkatan kasus Tuberkulosis (Tb) di daerah masih terjadi. Bahkan setiap daerah memiliki tantangan tersendiri dalam upaya penanggulangan Tb.
Penemuan kasus Tb di Provinsi Banten ternyata di atas jumlah estimasi kasus dan sampai 113%. Hal yang sama juga terlihat di Provinsi Jawa Barat yang penemuan kasusnya adalah 117% dari estimasi jumlah kasus provinsi itu.
“Hal itu perlu dianalisis secara mendalam, bisa saja karena estimasi jumlah kasusnya tidak tepat, bisa juga karena kasusnya dari provinsi tetangga. Yang jelas, kalau estimasi kasus di 2 provinsi ini tidak tepat maka perlu pula dianalisis bagaimana estimasi jumlah kasus TB di tingkat nasional kita,” kata Prof Tjandra dalam keterangannya, Sabtu (9/3).
Baca juga : RI Beri Komitmen Pendanaan Global Fund US$15,5 Juta, Pertama Kali Jadi Negara Donor
Sementara itu tantangan yang ia temukan tantangan penanggulangan Tb di Provinsi Banten yakni masih kurangnya alat tes cepat molekuler (TCM) untuk diagnosis Tb. Di Kabupaten Serang baru tersedia 11 alat TCM padahal jumlah puskesmas ada 31 unit. Sedangkan di seluruh Provinsi Banten ada 259 puskesmas, dan baru ada 86 alat TCM.
“Jelas masih kurang dan perlu ada penyediaan dengan target pencapaian yang jelas. Juga ada kekawatiran dalam penyediaan cartridge untuk alat TCM, yang untuk Kabupaten Serang kini baru tersedia sekitar 11 ribu padahal target yang harus diperiksa adalah 37 ribu, dan diharapkan di waktu mendatang akan dapat dipenuhi,” jelasnya.
Selain itu ia juga masih rendah angka cakupan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) di Provinsi Banten maupun juga secara nasional, yang masih jauh di bawah 10%. Ia menilai terdapat tantangan TPT yang masih rendah seperti istilah ‘terapi’ tapi diberikan pada mereka yang sehat, juga ada keraguan tentang keamanannya bagi anak-anak, lalu masalah stigma dan ketersediaan obat TPT.
Baca juga : Pendanaan Masih Jadi Kendala Penanganan TB di Tanah Air
Kemudian masih banyak pertemuan tingkat nasional yang harus dihadiri, padalah petugas daerah terbatas. Akan baik jika sumber daya lebih diarahkan ke kegiatan langsung di lapangan.
Dari segi pembiayaan program penanggulangan TB di Indonesia ternyata masih bergantung dari dana Bantuan Luar Negeri (BLN) seperti Global Fund AIDS TB Malaria (GF ATM), yang tentu perlu segera diantisipasi dengan pendanaan dalam negeri, baik APBN, APBD atau sumber lainnya.
“Tentang kebutuhan anggaran, saya mengangkat kemungkinan untuk peran serta perusahaan-perusahaan besar yang ada di daerah, baik dalam bentuk CSR maupun bentuk kegiatan filantropi lainnya,” pungkasnya. (Z-6)
Recent Posts
- Another Scandic Go Hotel Planned for Jönköping, Sweden
- Why Barbados is the ideal island for a family break
- Cincinnati, Ohio Welcomes Hotel Celare, a New Tribute Portfolio Hotel by Marriott, Opening this Winter
- Mode Halal Indonesia Berkembang Secara Global
- Peachtree Group Breaks Ground on Residence Inn by Marriott in San Antonio, Texas
Recent Comments