Kuota Ekspor Dinaikkan, Mendag Tak Khawatir Minyak Goreng Kembali Langka


TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menaikkan kuota ekspor tandan buah segar (TBS). Kenaikan kuota ekspor, menurut dia, dapat mendorong harga TBS yang sekarang anjlok. 

Zulhas mengaku tak khawatir pasokan minyak goreng kembali langka. Sebab, ketentuan DMO tetap berlaku, yakni 30 persen dari total produksi harus didistribusikan di dalam negeri. 

“Enggak khawatir. Kita kan produksi 3 juta. Satu banding tujuh itu sedikit. Kan 30 persen masih di sini (dalam negeri),” kata Zulkifli. 

Zulkifli menjelaskan keran ekspor diperlebar agar tangki di pabrik kelapa sawit (PKS) bisa segera kosong. Jika tangki kosong, kata dia, maka akan membuat stok TBS para petani sawit terserap. Sedangkan jika tangki penuh, PKS hanya membeli sedikit TBS dari petani atau dengan harga lebih murah. Alhasil harga TBS petani menjadi terjun payung. 

Ia menuturkan walaupun Kemendag telah mengimbau pengusaha atau pemilik pabrik untuk membeli TBS dengan harga paling rendah Rp 1.600 per kilogram, harga tetap anjlok karena PKS tidak bisa menambah stok. 

“PKS membeli Rp 1.600 perintah Mendag, paling murah. Nah sekarang masih terjadi problem karena tangki masih penuh sehingga pabriknya gak bisa beli,” ujar Zulhas. 

Adapun kendala lainnya menurut Zulkifli adalah ketersediaan kapal pengangkut TBS untuk ekspor. Zulkifli menjelaskan banyak kapal yang terlanjur bekerja sama dengan industri komoditas lain saat keran ekspor ditutup. Sehingga saat ini pelaku ekspor sawit antre hingga berebut kapal. 

“Izin ekspor itu sudah banyak terealisasi, hampir separuh. Tapi kapalnya begutu jadi daya serapnya lambat. Tangkinya penuh, korbannya ya petani sawit. TBS jadi murah hanya Rp 1.000 dan Rp 1.200,” tuturnya. 

Sementara itu Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung mengungkapkan harga TBS masih anjlok sehingga membuat banyak petani sawit panik. Menurutnya harga TBS juga jatuh hingga tak pernah menyentuh angka seribu rupiah per kilogram. 

Gulat mencatat per 2 Juli 2022 harga TBS di Kalimantan Barat hanya sebesar Rp 1.050 per kilogram. Sedangkan di Riau, TBS dibandrol seharga Rp 1000 per kilogram. Sementara di Sumatera Utara harganya lebih rendah, yaitu Rp 950 per kilogram. 

“Di sini harga semakin hari semakin turun. Ini yang membuat petani panik sekali dari Aceh sampai Papua. Untuk petani yang berada di perbatasan Malaysia masih bisa selamat karena mereka bisa jual ke sana TBS nya di mana di sana mencapai Rp 3500 sampai Rp 4500,” kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 4 Juli 2022. 

Menurut Gulat, banyak petani yang kesulitan menafkahi keluarganya. Ia berujar walaupun tindakan tersebut ilegal tapi itu dapat menyelamatkan perekonomian keluarga pada petani sawit. 

“Sementara di Indonesia seribu rupiah saja susah. Nah ini masalah ekonomi keluarga, apapun pasti kami lakukan daripada kami merampok lebih baik kami jual hasil TBS kami ke negara tetangga,” ujarnya.

RIANI SANUSI PUTRI





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »