Komodo dan Legenda untuk Pariwisata Indonesia


PRESIDEN Jokowi meresmikan penataan kawasan Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo (TNK), Kamis (21/7). Penataan tersebut menunjang amenitas dan kenyamanan berwisata di area konservasi TNK. Kelestarian dan keaslian ekosistem komodo menjadi prioritas yang tidak boleh digantikan orientasi ekonomi melalui pariwisata. Karena itu, kearifan lokal yang mewujud melalui cerita/legenda patut diperhatikan.

Labuan Bajo menjadi gerbang utama menuju Pulau Komodo. Masyarakat setempat memanggil komodo dengan nama Orah, anak Putri Naga.

Kemenparekraf mencatat, menurut kepercayaan masyarakat lokal, panggilan itu bermula sejak seorang putri bernama Putri Naga menikah dengan pemuda pulau seberang bernama Moja. Pernikahan mereka dikaruniai dua putra kembar, yaitu Orah dan Gerong. Namun, Orah memiliki rupa mirip kadal lalu diasingkan di hutan. Saat dewasa, Gerong tidak sengaja bertemu kadal besar, lantas memburunya. Namun, Putri Naga melarangnya dan mengungkapkan kadal tersebut ialah saudara kembarnya. Dari situlah kepercayaan komodo dianggap sebagai saudara di pulau tersebut. Tidak mengherankan jika hingga saat ini komodo di Pulau Komodo selalu dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat (Kemenparekraf.go.id).

 

Dari generasi ke generasi

Legenda banyak dimiliki daerah atau destinasi. Sisi positif legenda yang diajarkan secara oral dari generasi ke generasi menjadi cerita yang menjadi tuntutan moral. Selama nilai yang diajarkan tidak bertentangan dengan hati nurani dan menghadirkan kehidupan yang lebih bermartabat, nilai yang melekat pada legenda dapat diterima. Terbukti, praktik konservasi yang melibatkan unsur legenda dapat bertahan dan melindungi kelestarian alam di tengah arus modernitas dengan berbagai logika/narasi yang kerap mempertanyakan kesahihan legenda. Sebaliknya, praktik destruktif terhadap alam dan manusia, dapat ditelusuri dari ada tidaknya pelanggaran atau kontradiksi perilaku yang dinarasikan dalam legenda.

Adaptasi legenda ke pembangunan nasional patut diapresiasi. Selain legenda komodo untuk promosi pariwisata Labuan Bajo, empat destinasi superprioritas nasional lainnya juga memiliki kekhasan legenda yang bermakna luhur yang dikemas Kemenparekraf menjadi narasi promosi yang memikat. Pertama, legenda Danau Toba, berkisah tentang pemuda Toba yang memancing di sungai dan mendapatkan ikan mas yang berubah menjadi wanita cantik yang kemudian dinikahinya. Mereka dikaruniai anak bernama Samosir. Kedua, Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia sejak 750 Masehi, memiliki 2.672 panel relief sepanjang 4 kilometer yang menjadikannya sebagai relief candi terpanjang di dunia. Menurut konsep kosmologi Buddhis, Candi Borobudur diibaratkan gunung yang menghubungkan surga dan dunia. Gunung itu dikelilingi gunung, laut, sungai.

Ketiga, Mandalika, menurut legenda, kecantikan Putri Mandalika membuat banyak pria ingin mempersuntingnya. Karena bingung, Putri Mandalika bertapa mencari petunjuk. Ia mengundang seluruh pangeran untuk berkumpul pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak di Pantai Seger. Keempat, Likupang, keindahan bawah laut yang memukau, konon merupakan tempat sembilan bidadari surga turun untuk mandi. Bidadari-bidadari itu turun ke Likupang untuk mandi di telaga milik petani bernama Mamanua.

Pada awal Agustus 2019 di Jakarta, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan kepada pers bahwa untuk mengembangkan pariwisata di destinasi superprioritas, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, Likupang, Presiden Jokowi telah mengarahkan wisata storynomics. Strategi yang diterapkan dengan mengutamakan naratif, konten kreatif dan budaya hidup serta menggunakan kekuatan budaya sebagai ‘DNA Destinasi’.

Mc Kee (2018) menyatakan pemasar yang menguasai teknik mendongeng akan menanam dan memanen hadiah abadi ketika mereka menciptakan masa depan. Pembeli saat ini lebih tertarik pada format cerita yang menarik, sama seperti orang selalu tertarik pada cerita. Mendongeng juga menjadi peluang pemasaran sebagai pengganti kejenuhan konsumen dengan iklan. Produser harus mampu menarik perhatian publik tidak hanya dengan cerita biasa. Namun, harus impresif dan mampu menghasilkan aksi, pendengar cerita harus segera terdorong untuk membeli apa yang disajikan dalam cerita. Pemasaran destinasi wisata tidak terkecuali.

Storynomics, tidak lain ialah metode pemasaran dengan menggunakan metode mendongeng tentang latar belakang suatu objek atau daya tarik wisata di destinasi sekitar kita. Kreativitas warga setempat dan pemangku kepentingan terkait sangat dibutuhkan untuk mengemas, mengelola, memasarkan, dan menjual desa dengan power of place storytelling (Bassano, dkk, 2018).

 

Kreativitas

Potensi pembangunan pariwisata di Tanah Air memiliki perspektif baru yang patut diprioritaskan, yakni mengoptimalkan pemanfaatan legenda dan kearifan lokal ke narasi promosi dan identitas produk. Originalitas yang menjadi kata kunci menghadirkan experience, hadir pada legenda dan tradisi lokal, yang banyak melekat di kebudayaan berbagai daerah. Tanpa originalitas, value suatu produk–dalam hal ini destinasi–tidak optimal dalam memberikan benefit dan experience pada wisatawan. Padahal, experience yang tiada duanya yang saat ini dicari dan dibutuhkan wisatawan.

Pasti ada talenta yang berkemampuan mengolah legenda warisan leluhur ke peradaban modern. Yang dibutuhkan ialah kepercayaan diri dan kreativitas untuk mengemas legenda ke dalam promosi, visualisasi produk wisata, dan upaya inovasi memanfaatkan sumber daya lokal. Secara nasional, sudah dibuktikan melalui narasi legenda 5 destinasi superprioritas yang merupakan implementasi storynomics dalam mempromosikan alam, budaya, manusia, semua unsur autentik yang menjadi kekuatan negeri ini untuk mengundang publik dunia datang ke Indonesia.






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »