Jejak Khilafah di Nusantara, Potensi Besar Untuk Kemas Halal Tourism RI


JAKARTA, bisniswisata.co.id: Monsterisasi kata Khilafah yang salah diartikan menjadi terorist harus dihentikan karena sejumlah daerah-daerah di Indonesia justru memiliki hubungan erat dengan Kekhilafahan Utsmani di Turki, kata Nicko Pandawa, sejarahwan muda sekaligus  sutradara Film Jejak Khilafah di Nusantara

Berbicara pada webinar  Bincang Hangat Bersama Umi Irena Handono #51 dengan tema Kesultanan Nusantara dalam Konstelasi Peradaban Dunia, Nicko Pandawa mengatakan Islamphobia telah membuat khilafah identik dengan terorisme padahal sebuah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. 

Nicko mengatakan pada tahun 1636 M, ada tiga orang utusan dari Makkah yang mewakili Khalifah Utsmaniyah tepatnya: dari Banten yang pergi ke Gubernur Utsmani di Makkah untuk menyampaikan surat dari Kesultanan Banten, Makassar, dan Mataram sebagai bentuk pengukuhan kekuasaan yang sah untuk memakai gelar sultan dan melaksanakan syariat Islam.

Sejarah Indonesia (Nusantara) mencatat fakta perkembangan dan peran Kesultanan atau Kerajaan Islam di Nusantara dalam menyebarkan agama Islam hingga ke seluruh penjuru tanah air. 

Terkait hal ini, Sultan Hamengkubuwono X mengatakan hubungan Keraton Yogyakarta dengan Kekhilafahan Turki Utsmani, bahwa Keraton Yogyakarta (sebagai kelanjutan dari Kesultanan Demak) merupakan perwakilan Kekhalifahan di Jawa.  

Sementara di sisi lain ada pihak yang bahkan berani menyatakan bahwa sejarah Indonesia bersih dari Khilafah bahkan menyebut bahwa penyeru khilafah adalah ahistoris atau berlawanan dengan sejarah.

Tidak heran karena penulis sejarah tergantung pada kepentingan penguasa sehingga kerap kali sejarah bisa dibelokkan antara lain disebutkan sejarah masuknya islam awalnya di bawa oleh pedagang Gujarat lalu di ikuti oleh pedagang arab dan Persia. Sambil berdagang mereka menyebarkan agama islam ke tempat mereka berlabuh di seluruh indonesia.

“Faktanya adalah jejak khilafah tepatnya: kesultanan-kesultanan di Nusantara ada kaitannya dengan ke khalifahan Utsmaniyyah baik melalui surat maupun melalui utusan dan bukti-bukti sejarah itu terkumpul di Başbakanlık Osmanlı Arşivi (BOA) yaitu kantor arsip Utsmani di Turki. Jadi kejayaan sultan-sultan di Nusantara justru bersama Khalifah,” tegas Nicko Pandawa.

Kesultanan Aceh Darussalam, tepatnya Sultan Aceh ke 3 yaitu Sultan Alaudin Ri’ayat Syah Al Qohhar berbaiat kepada Sultan Selim II pada 1566 dan sejak itu Aceh menjadi bagian dari Khilafah Ustmaniyyah pada 1568 setelah Koja Sinan Pasa, Gubernur Ustmani untuk Mesir dan pasukannya datang ke Sumatra untuk mengesahkan kekuasan Islam di Aceh atas nama Khalifah.

“Kejayaan kerajaan Nusantara yang menjadi kesultanan bukan hanya Banten, Mataram dan Aceh, tapi juga ada Trengganu, Jambi, Gowa yang berlangsung berabad-abad. Padahal selama ini yang ditonjolkan hanya kejayaan Sriwijaya dan Majapahit,” ungkapnya.

Kesultanan Nusantara dalam konstelasi peradaban dunia sudah berkontribusi lebih dulu pada perdamaian dunia karena sistem pemerintahan Islam menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Terkait dengan keinginan Pemerintah menjadikan Indonesia Pusat Halal Industri termasuk di dalamnya Halal Tourism maka Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat tinggal mengemas paket-paket Jejak Khilafah di Nusantara sekaligus mengedukasi umat Islam dunia bagaimana kejayaan sistem pemerintahan Islam yang kini banyak dilupakan oleh negara-negara Islam sendiri.

” Silahkan gali lebih dalam menjadi destinasi wisata ramah Muslim di Banten, Mataram       ( Yogya), Makassar, Goa, Jambi. Selama ini yang digaungkan pemerintah kan Lombok, Sumatra Barat, Aceh dan Jakarta. Padahal potensi di berbagai daerah lainnya banyak bahkan hingga ke Buton, Ternate, Papua,” kata Nicko Pandawa di akhir sesi.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »