Inflasi AS Meroket ke 9,1 Persen, 3 Indeks Utama Wall Street Ambruk Seketika


TEMPO.CO, Jakarta – Tiga indeks utama Wall Street ambruk karena pasar merespons pengumuman data inflasi AS per Juni 2022 yang melonjak menjad 9,1 persen. Pada perdagangan Rabu pagi waktu setempat (malam WIB), indeks S&P 500 Futures, Dow Jones Futures dan Nasdaq seketika jeblok usai pengumuman inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan untuk bulan Juni, mengutip Yahoo Finance.

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (CPI) AS naik 9,1 persen pada Juni 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Lonjakan kenaikan harga barang dan jasa itu merupakan level terbesar sejak November 1981 dan jauh di atas perkiraan 8,8 persen dari konsensus analis.

Dilansir Bloomberg pada Rabu, 13 Juli 2022, Ketimbang bulan sebelumnya, CPI AS naik 1,3 persen, terbesar sejak 2005. CPI inti, yang menghilangkan komponen makanan dan energi yang lebih mudah berubah, naik 0,7 persen mom dan 5,9 persen yoy.

Usai pengumuman itu, Indeks Nasdaq berjangka jeblok hingga 1,8 persen, S&P 500 berjangka turun lebih dari 1 persen, dan Dow berjangka melemah 0,8 persen. “Untuk pasar yang telah menghadapi ketakutan resesi, saya pikir minggu ini akan membawa ketakutan baru tentang peningkatan inflasi,” Kepala Ekonom Deutsche Bank AS Matthew Luzzetti mengatakan awal pekan ini.

Dengan data perkembangan inflasi tersebut, Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan bakal memperketat kebijakan moneter dalam upaya untuk memulihkan stabilitas harga. Bank sentral juga diprediksi akan mengerek suku bunga sebesar 75 basis poin lagi pada pertemuan penetapan kebijakan berikutnya pada pertemuan 26-27 Juli 2022.

CEO Pepsico, Hugh Johnston, memperkirakan kenaikan harga yang terkait dengan inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi akan menjadi fokus di kalangan investor karena nama-nama besar lainnya di antara hasil rilis Corporate America.

Selain berimbas ke kinerja bursa saham, meroketnya inflasi AS juga semakin memperkuat nilai tukar dolar AS dan kian melemahkan kurs Euro. Hingga Rabu sore, Euro terjerembab di 1,0036 per dolar AS.

Mata uang tunggal itu sebelumnya anlok hingga hampir 12 persen tahun ini dan tergelincir ke level terendah 20 tahun pada Selasa lalu, 12 Juli 2022. Hal itu disebabkan perang di Ukraina yang telah memicu krisis energi yang telah merusak prospek pertumbuhan benua itu.

Pada hari itu, Greenback menguat di perdagangan Asia dan dolar Selandia Baru maupun won Korea Selatan tidak mendapat banyak dukungan dari kenaikan suku bunga 50 basis poin oleh bank sentral mereka.

Ahli Strategi Commonwealth Bank of Australia, Joe Capurso, memprediksi kurs dolar AS akan terus meningkat bila inflasi Amerika Serikat lebih besar dari yang diharapkan. “Pasti ada peluang yang sangat bagus bahwa euro jatuh di bawah paritas,” ucapnya.

BISNIS | ANTARA

Baca: Kronologi Juragan 99 Kalah Gugatan Merek MS Glow dan Harus Bayar Ganti Rugi Rp 37,9 Miliar

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »