Indonesia Mempromosikan Perdamaian Dunia


LAWATAN Presiden Jokowi bersama rombongan terbatas ke Ukraina dan Rusia dalam misi perdamaian sangat diapresiasi. Meski misi tersebut tidak dimaksudkan untuk menghentikan peperangan, sebagaimana disampaikan pakar hukum internasional UI Hikmahanto Juwana, probabilitas Presiden Jokowi menghadirkan gencatan senjata sangat besar. Di samping posisi Indonesia pada tahun ini sebagai Presidensi G-20, profil dan eksistensi Presiden Jokowi dapat diterima kedua pihak: Amerika Serikat dan negara-negara G-20 yang cenderung membela Ukraina di satu sisi dan Rusia di sisi lain.

Politik bebas aktif dan nonblok benar-benar lestari hingga kini. Warisan politik luar negeri semasa Bung Karno itu dimaksudkan untuk kemerdekaan Indonesia dalam berkiprah dalam pergaulan internasional, terutama mendorong peran aktif Indonesia dalam menghadirkan perdamaian dunia. Maka itu, lawatan misi perdamaian Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia merupakan wajah Indonesia dalam mengabarkan bangsa yang cinta damai ke masyarakat dunia.

Peran serta menghadirkan perdamaian dunia telah dibuktikan di dalam negeri. Kemajemukan yang dimiliki Indonesia, khususnya kemajemukan dalam hal iman dan kepercayaan, menjadi nilai lebih bangsa untuk membangun reputasi dan daya saing dalam pergaulan di antara bangsa-bangsa di dunia. Kerukunan dan perdamaian sejati antarumat beragama yang tersimbolkan secara alamiah lewat silaturahim dan saling memaafkan di Hari Raya Idul Fitri lalu menjadi fakta penting betapa perdamaian perlu diupayakan dan dijaga terus-menerus.

Dewan Kepausan untuk dialog antaragama di Vatikan konsisten menyerukan agar umat kristiani dan umat muslim bersatu dalam mengatasi kekerasan antara para pemeluk berbagai agama. Seruan itu merupakan pesan yang rutin dikirimkan Dewan Kepausan di Vatikan menjelang akhir Ramadan untuk memberikan selamat dan menitip pesan bagi umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Salah satunya, Presiden Dewan Kepausan Jean-Louis Cardinal Tauran dan Sekretaris Dewan Uskup Agung Pier Luigi Celata berpesan untuk semua umat beragama membuka hati supaya saling mengampuni dan berekonsiliasi untuk suatu koeksistensi yang damai dan berbuah. Juga, untuk mencermati apa yang sama di antara pemeluk agama dan untuk menghormati perbedaan sebagai suatu basis bagi suatu dialog budaya.

Indonesia juga berhasil menghentikan konflik di Aceh melalui jasa kepemimpinan terdahulu. Meski di sisi lain konflik internal yang bersumber pada kehendak untuk memisahkan diri dan menimbulkan kekacauan serta gangguan keamanan tetap ada, sanubari bangsa Indonesia merupakan pencinta persatuan dan perdamaian. Atas dasar nilai kemanusiaan dan nilai universal untuk menghadirkan kebersamaan serta perdamaian, misi perdamaian yang dilakukan Presiden Jokowi sangatlah tepat.

 

Mempromosikan perdamaian

Wajah Indonesia dalam pentas dunia merupakan replikasi dari performa dalam negeri. Salah satu cara yang dapat ditempuh ialah pertama-tama dengan melihat sejauh mana pengalaman publik di daerah ini menghidupi perdamaian di tengah kemajemukan beriman, khususnya. Kegiatan atau perjalanan wisata (religi) dapat menjadi salah satu contoh untuk membingkai atau memotret secara umum profil kerukunan umat beragama dan karenanya akan mempertahankan perdamaian di Indonesia. Sekaligus dari sana dapat dijadikan salah satu model, pengikat, dan penguat toleransi di tengah kemajemukan.

Di Surabaya, misalnya, sering dijumpai perjalanan wisata warga nonmuslim ke masjid-masjid ikonik. Masjid Cheng Ho dengan sentuhan arsitektur Tiongkok, Masjid Al Akbar yang megah dan besar, hingga kawasan wisata religi Ampel (Masjid dan Makam Sunan Ampel). Di tempat-tempat suci itu, warga umum bisa mengakses dengan aturan dan batasan tempat tertentu. Demikian pula kunjungan wisata religi ke Klenteng Boen Bio di Jalan Kapasan dan Tempat Ibadah Tri Dharma di Jalan Dukuh. Unik pula jika kita tengok suguhan Wayang Potehi yang dimainkan setiap hari di Klenteng Jalan Dukuh, Surabaya, para pemainnya ternyata warga sekitar yang notabene beriman Islam.

Di daerah lain, Lautan Pasar Gunung Bromo dan Gua Maria Puhsarang di Kediri juga tak ketinggalan menyemarakkan wisata religi guna menumbuhkan kesalingpengertian dan persaudaraan seluruh bangsa Indonesia. Di tempat-tempat peribadatan yang menjadi simbol keberimanan di Indonesia, peziarah (wisatawan) tertunduk hormat sambil merenungkan eksistensi keberagaman di Tanah Air yang merupakan anugerah sang Pencipta kepada bangsa yang dicintai-Nya ini.

Wisata religi dalam arti yang sebenarnya melekatkan kebutuhan peziarahan (spiritualitas) dengan rekreasi. Dalam prosesnya, berwisata religi juga terkandung muatan edukasi, belajar dari orang-orang suci yang makamnya kita kunjungi, menapaki teladan hidup mereka, dan lebih-lebih memberi inspirasi dan memotivasi umat manusia untuk menata laku hidup yang menghantarkan para pendahulu kita sebagai orang-orang suci.

Dalam hal tata kehidupan sebagai bangsa yang memiliki dan menjunjung tinggi harmoni dalam keberagaman itulah Indonesia memiliki daya tarik, keunggulan sekaligus keunikan yang sangat berpotensi sebagai pilar, positioning, dan trademark pariwisata Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia. Persaudaraan, kesalingmengertian, dan kebersamaan antara umat beragama jelas-jelas merupakan hal penting yang amat memikat turis. Country branding sebelumnya, Indonesia the Ultimate in Diversity, secara eksplisit menjelaskan hal itu. Tema World Tourism Day 2009 (Tourism-celebrating diversity) yang dirayakan pada tanggal 27 September 2009 di Ghana bernada serupa. Perundangan kepariwisataan (UU 10/2009) juga menyatakan pariwisata untuk mempererat persahabatan antarbangsa sebagai salah satu tujuan di antara 10 tujuan kepariwisataan.

Keyakinan akan keampuhan turisme sebagai berkah untuk menjaga keharmonisan umat manusia pernah diserukan pada 1980-an dalam Konferensi Internasional Kepariwisataan di Manila yang mendeklarasikan dunia pariwisata dapat dijadikan elemen penting untuk perdamaian dunia.

Juga, banyak tokoh dunia mengakui keuntungan dan sifat kepariwisataan. Mendiang Presiden Amerika Serikat John F Keneddy mengatakan, perjalanan wisata menjadikan satu kekuatan besar dalam perdamaian dan memahami masing-masing dari kita sebagai manusia yang hidup berpindah-pindah di dunia dan belajar mengenal orang lain agar bisa mengerti kebiasaan satu dengan lainnya, dan saling dapat menghargai adat kebiasaan yang lain, dan dapat menghargai kualitas dari tiap-tiap orang dan negara yang berbeda (Keneddy, 1963).

Akhir kata, perjalanan dengan misi perdamaian ke Ukraina dan Rusia yang dilakukan Presiden Jokowi merupakan representasi kerinduan kita akan hadirnya perdamaian, perjumpaan antarbangsa. Kiranya, keberhasilan dan keberuntungan menyertai perjalanan Presiden Jokowi pada misi kemanusiaan yang mulia ini, yakni gencatan senjata akan terwujud dan perdamaian akan hadir kembali.






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »