
Ribuan lukisan abstrak berbentuk persegi dan berukuran kecil tersusun sangat rapi, nyaris menutupi dinding bangunan. Kurang lebih ada 15.000 unit karya dengan media kertas berukuran 8 x 11 cm. Lukisan itu milik Joko Kisworo berjudul “Katarsis” yang dibuat sejak 2017 hingga 2022 sebagai hasil refleksi diri.
Karya tersebut kini berada di Galeri Nasional Indonesia sebagai bagian dari dalam pameran tunggalnya yang bertajuk “Begja: Bahagia Melalui Katarsis”. Dia mengatakan bahagia melalui katarsis merupakan suatu jalan bahagia yang membahagiakan dengan berbagi kebahagiaan.
“Buat saya, katarsis ini adalah sebuah kerja kesenian yang sudah menjadi kodrat, bukan hanya berusaha menjadi atau menjadikan sesuatu. Jadi, praktik katarsis ini natural, berjalan apa adanya, dan yang terpenting adalah membahagiakan jiwa saya,” kata Joko, saat memandu Media Indonesia melihat pameran pada Senin (25/7).
Joko Kisworo adalah salah satu seniman besar Tanah Air yang selama ini dikenal dengan gaya sketsa, khususnya dalam pendekatan terhadap abstraksi. Karya-karya dalam pameran ini merupakan buah perenungan, pemikiran, pengalaman, dan perasaan Joko dan napak tilas dari proses kehidupannya.
Menurut Joko, katarsis adalah satu kesatuan imajinasi total katarsis jiwa yang diimpelemtasikan pada aktivitas menuangkan abstraksi, ekspresi sebebas-bebasnya ke dalam sebuah media gambar atau melukis, di dalam aktivitas melukis itu maka jiwa dan hati nurani dengan sendirinya akan berkontemplasi, merenung, pemurnian diri dalam keheningan.
“Di dalam titikini maka akan menemukan titik kedamaian, titik pembersihan diri yang belum pernah dialami sebelumnya, sehingga katarsis ini adalah salah satu media untuk pemurnian diri saat seseorang mengalami stress dan depresi. Sejak 2017 saya melakukan penelitian bahwa katarsis bisa menjadi sebuah metode untuk menolong teman-teman yang mempunyai gangguan mental,” ungkapnya.
Selain memajang lukisan “Katarsis”, Joko uga menyuguhkan seri 70 karya yang dikerjakan menggunakan material akrilik dan tinta cina pada kertas berukuran 13,5 x 36,5 cm yang menjadi bagian dari 2.400-an karya yang bisa diselamatkan dari musibah banjir Jakarta tahun 2015. Karya itu berjudul “Yang Tersisa”.
“Karya-karya yang tersisa ini adalah sebuah investasi sejarah intelektual yang abadi dan sekaligus doa-doa yang tersisa untuk Jakarta agar fenomena banjir tidak terjadi lagi. Datangnya banjir adalah sebuah teguran alam,” jelasnya.
Menurut Joko, tema “Begja: Bahagia Melalui Katarsis” merupakan sebuah penggalian ketertarikan dirinya terhadap sebuah ajaran atau aliran filsafat yang dibawa oleh seorang filsuf Jawa, Ki Ageng Suryomentaram, seorang bangsawan yang keluar dari tembok istana dan menjalani hidup seperti rakyat pada umumnya dengan bekerja sebagai pedagang ikat pinggang, penggali sumur, dan petani di daerah Bringin, Salatiga.
“Ki Ageng Suryomentaram menggali kebahagiaan hidup yang hakiki. Kebahagiaan hidup inilah yang saya suguhkan melalui karya-karya lukisan dalam pameran kali ini,” imbuhnya.
Secara keseluruhan, karya-karya yang ditampilkan dalam pemeran ini menggambarkan ‘hiruk-pikuk’ Joko dalam berkesenian yang merupakan suatu proses menuju arti hidup bahagia menuju pada jati dirinya dengan mendalami dan menekuni ajaran Ki Ageng Suryo Mentaram mengenai “Begja” hidup bahagia.
Dia memulai dari apa yang ada dan sehari hari ada di sekitarnya, dengan cara sederhana dan mudah dilakukan. Ia belajar dan terus berproses dengan penuh kesadaran dan rasa syukur mendalam.
Pameran tunggal ini diselenggarakan oleh Galeri Nasional Indonesia bersama Rumah Gagas Kreatif, didukung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Art Policing, dan Kampung Semar. Pameran terbuka untuk publik mulai 23 Juli hingga 19 Agustus 2022 di Gedung B Galeri Nasional Indonesia. (M-4)
Recent Comments