
TEMPO.CO, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia atau Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI terus memperkuat digitalisasi sistem pembayaran nasional. Digitalisasi itu didorong untuk meningkatkan efisiensi transaksi ekonomi dan keuangan, menjaga momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19, dan memperluas ekosistem ekonomi dan jeuangan digital (EKD) nasional.
Menurut Perry Warjiyo, hal itu dicapai melalui beberapa upaya. Mulai dari perluasan transaksi Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS, termasuk dengan implementasi kerja sama QR Indonesia-Malaysia. “Sudah ada 5 negara ASEAN dan terakhir dengan Korea Selatan,” ujar Perry Warjiyo di LPS Learning Center, Gedung Pasific Century Place, Jakarta Barat, pada Senin, 8 Mei 2023.
Upaya lainnya adalah penguatan stabilitas sistem, perluasan fitur, dan akseptasi BI-FAST, serta pengimplementasian Kartu Kredit Pemerintah (KKP) domestik fisik berkoordinasi dengan pemerintah dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI).
Selain itu, BI juga menggelar Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) pada 8-10 Mei 2023 di Jakarta. “Bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan asosiasi industri sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Ketua ASEAN 2023,” tutur Perry.
Dalam acara pembukaan FEKDI, Perry Warjiyo mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang paling cepat akselerasi ekonomi digital dan keuangan digitalnya. Ia pun memperkirakan transaksi uang elektronik di Tanah Air bisa mencapai Rp 495 triliun tahun ini.
“Kalau dulu kita harus datang ke bank, sekarang kita bisa melakukan transaksi keuangan digital di mana saja, kapan saja. Bahkan uang elektronik kami perkirakan dapat tumbuh lagi lebih cepat mencapai Rp 495 triliun,” ucap Perry Warjiyo.
Iklan
Perry Warjiyo pun menyatakan sarana pembayaran digital buatan BI, yakni QRIS sudah tersedia di pasar tradisional hingga rumah ibadah. Perry Warjiyo menyebut kini lebih dari 80 persen penggunanya adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Adapun total pengguna QRIS tahun ini mencapai 45 juta orang.
MOH KHORY ALFARIZI | RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan Editor: Sri Mulyani Sebut Dunia sedang Tidak Baik-baik Saja usai Pandemi Covid-19, Apa Sebab?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Recent Comments