TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, seringkali orang-orang terjebak pada paradigma utang. Padahal, tidak masalah jika memiliki utang produktif, asal dapat disiplin mengelolanya.
“Kadang-kadang kita semua terjebak paradigma utang, utang. Tenang aja, kalau utang produktif itu nggak masalah, yang salah itu utang dikorupsi dan tidak jelas,” ujar Erick Thohir di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin, 2 Januari 2023.
Berdasarkan keterangan resminya, BUMN mencatatkan ekuitas Rp 3.211 triliun hingga Kuartal 3 tahun 2022. Jumlah ini tumbuh 26,6 persen year on year (yoy) dari periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 2.537 triliun.
“Asal disiplin, ekuitas kita naik (sekitar) Rp 3000 (triliun). Laba bersih kita alhamdulillah, tapi ini saya tidak bisa announce (umumkan). Jadi, nanti kalau ditulis laba BUMN Rp 155 (triliun), naik tetapi belum audit,” sambung Erick, sapaannya.
Selain itu, mayoritas perusahaan BUMN juga telah jauh meninggalkan zona dominasi utang dalam pengelolaan keuangannya atau bisa dikatakan sehat. Kementerian pimpinan Erick Thohir itu telah menurunkan tingkat utang dibanding investasi tertanam dari 38,6 persen pada 2020 menjadi 34 persen pada Kuartal 3 tahun 2022.
Menurut Erick, pertumbuhan kinerja BUMN juga terlihat dari peningkatan laba konsolidasian BUMN dari Rp 61 triliun pada Kuartal 3 tahun 2021 menjadi Rp 155 triliun pada sembilan bulan pertama 2022. Artinya, jumlah itu meningkat 154,1 persen yoy.
“Perlu dicatat bahwa laba itu sudah termasuk restrukturisasi Garuda, Rp 59 triliun. Itu non tunai. Selebihnya, dalam bentuk tunai,” ungkap Erick.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Recent Comments