DI masyarakat, tidak sedikit yang meyakini jika anak yang lahir dari keluarga berada secara umum akan lebih cerdas daripada anak-anak yang lahir dari keluarga prasejahtera. Selain itu, ada orang yang menilai kecerdasan anak semata dari prestasi akademisnya. Lalu, seberapa benarkah stigma-stigma itu dan apa sesungguhnya faktor untuk dapat mencetak anak yang unggul?
Hal-hal tersebut pula yang menjadi pembahasan dalam Kick Andy episode Generasi Sehat Indonesia Hebat yang tayang malam ini di Metro TV. Episode dalam rangka
memperingati Hari Anak Nasional itu, Andy F Noya ditemani dengan Najelaa Shihab sebagai pemandu acara pendamping. Najelaa telah dikenal sebagai tokoh pendidikan
sekaligus pendiri Sekolah Cikal dan Kampus Guru Cikal.
Najelaa yang merupakan dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu meyakini sebenarnya tidak ada ada anak yang bodoh. Ia yakin bahwa semua anak memiliki
kemampuan, hanya terkadang orang dewasa yang terlalu sempit mendefi nisikan prestasi.
Ia pun mengaku sempat tidak menyukai sekolah di waktu kecil. “Penga lamanku, salah satu kepengin jadi guru, jadi selalu suka belajar, tapi dulu enggak suka sekolah. Itu bukan pengalaman sekolah yang ideal. Jadi, anak tidak didengarkan dan enggak dikasih kesempatan untuk eksplorasi apa yang mau dipelajari. Kadang enggak tahu apa gunanya, ya. Jadi, sifat belajar itu seolah-olah dipaksa dan bukan keluar dari diri sendiri,” tutur putri sulung mantan Menteri Agama M Quraish Shihab itu.
Najelaa merasa proses belajar dengan diskusi bersama guru di luar sekolah lebih menyenangkan. “Sering kali dapat proses ilmunya atau pembelajarannya itu dari ngobrol di jam istirahat, dari diskusi dengan guru di luar sekolah, dari organisasi-organisasi, itu rasanya belajar sesuatu yang bisa digunakan di kehidupan. Sementara itu, yang di sekolah, belajar hanya untuk ujian,” lanjutnya.
Kemampuan anak yang berbedabeda dan bukan semata dari ukuran akademis, terlihat pula dari kisah Akeyla Naraya Alyandina. Gadis berusia 12 tahun yang akrab disapa Akeyla atau Key itu masuk nominasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sebagai Tokoh Inspiratif 2018 dan meraih The Best Artist Fashion Art 2017 di Monas. Ia juga dinobatkan sebagai Duta Batik Kota Bekasi 2019 dan Putri Berprestasi dari Kabupaten Karawang 2021.
Lahir dari keluarga sederhana, anak bungsu dari lima bersaudara itu senang menggambar sejak usia dua tahun. Di usia enam tahun, Akeyla mulai senang menggambar
desain baju dengan referensi buku modul desain milik ibunya.
Orangtua Akeyla mendukung minatnya dengan memberinya kesempatan mencoba kelas desain dan mengikuti workshop di sela-sela homeschooling yang ia jalani. Seiring dengan berjalannya waktu, Akeyla semakin mahir dalam mendesain dan dikenal dengan gaya batik motif ayam ciparage, candi jiwa, bunga tarum, rumah perjuangan, lumbung padi, bedok (golok), bungai teratai, hingga ikan etong.
Totalitas
Sebelum memulai desain batiknya, Akeyla berkolaborasi dengan beberapa pembatik di daerah Bekasi, termasuk dengan pembatik pasangan suami-istri yang disabilitas
tuli. Selain itu, Akeyla mencoba untuk membuat fesyen yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Hal itu ia lakukan karena teringat pesan dari guru desainnya sebelum meninggal untuk memakai pewarna alam saat membuat karya-karyanya. Sampai saat ini, ia memakai pewarna alam dengan tanaman yang diambil dari daerah Temanggung karena tanaman tersebut harus hidup di daerah yang tinggi.
Warna yang ia terapkan pada karyanya ialah warna-warna bumi, seperti biru, hijau, dan cokelat. Dengan keunikan yang dimilikinya, berulang kali Akeyla mendapat
kesempatan memamerkan karya di luar negeri, di antaranya berperagaan busana di Moskow, Rusia, pada 2017 dan 2019 atas undangan KBRI Moskow.
Di Tanah Air, ia telah berpartisipasi di Jogja Fashion Rendezvous, Jateng in Fashion, Bekasi Fashion Week, hingga Festival Payung Indonesia di Candi Borobudur sejak
2018–2020. Untuk datang ke acaraacara itu, orangtua Akeyla menyediakan dana sendiri.
Dengan pengalamannya itu, Akeyla pun mengajak anak-anak seusianya untuk berani mengikuti dan mengembangkan hobi yang dimiliki. Dengan begitu, segala sesuatu akan terasa menyenangkan.
Di sisi lain, semua bagian dalam pekerjaan yang sudah dipilih harus diselesaikan. Ia pun memberi contoh jika tetap menyelesaikan proses membuat motif meski sebenarnya kurang disukai. “Yang paling disuka itu membuat bajunya. Yang enggak suka bikin motif sama bikin kroki, tapi tetap dikerjakan,” ujar gadis yang sudah mengadakan prog ram berbagi ilmu di Yogyakarta, Magelang, dan Brebes itu.
Melihat totalitas Akeyla, Najelaa pun memberi apresiasi pada komitmen gadis cilik itu. “Nah, itu namanya pendalaman, kita mendalami satu bidang, kita tetap dorong
dan kerjakan meskipun susah, itulah yang akan menjadi ahli. Itulah yang ditunjukkan Key,” ujarnya. Perjalanan Akeyla semestinya dapat menjadi inspirasi bagi orangtua maupun anak-anak untuk percaya diri mengembangkan bakat. (M-1)
Recent Comments