Clearing House of Technology untuk Kemajuan Indonesia


PRESIDEN Jokowi dalam kunjungannya ke Solo Technopark pada Maret 2022 mendesak agar technopark mengambil peran strategis di tengah masyarakat, sebagai akselerator inovasi, agar mampu menjawab tantangan di tengah masyarakat yang semakin dinamis. Tantangan tersebut datang karena masyarakat menuntut standar hidup yang lebih baik seiring dengan perubahan kondisi sosial ekonomi dan perkembangan digitalisasi yang semakin cepat.

Masyarakat mulai sadar bahwa baik kemacetan lalu lintas yang semakin padat, pengelolaan sampah yang tidak optimal, sanitasi yang tidak baik, maupun kurangnya akses pasar untuk usaha kecil dan menengah (UKM) menjadi masalah utama di masyarakat setiap hari. Pemerintah harus mampu menanggapi tantangan ini. Dinamika permasalahan yang bergerak cepat harus dibarengi dengan solusi inovatif sehingga pemerintah tidak lagi menjadi reaktif, tapi proaktif untuk memberikan pelayanan publik yang baik kepada masyarakat.

Persoalannya terkadang pemerintah tidak memiliki dukungan teknologi yang kuat untuk menanggapi tuntutan publik tersebut. Kapasitas pemerintah dalam memberikan solusi inovatif masih terbatas. Pemerintah akhirnya cenderung menggunakan pendekatan konvensional dalam menghadapi permasalahan itu. Akibatnya menjadi tidak relevan karena penggunaan teknologi lama tidak lagi mampu menjawab tantangan saat ini. Misalnya, sistem administrasi yang belum terdigitalisasi menyulitkan masyarakat untuk mengurus identitas diri, pemanfaatan teknologi ketelusuran (traceability) yang masih terbatas, dan menyulitkan pemerintah untuk memperbaiki rantai suplai di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang berimbas pada penyaluran kredit yang tidak tepat sasaran.

Di era yang serbacepat ini, pemerintah harus memiliki clearing house teknologi sehingga mampu memberikan solusi inovatif untuk mengatasi berbagai masalah di masyarakat. Negara-negara lain sudah secara serius mengembangkan clearing house teknologi sebagai alat akselerasi pemberian layanan publik. Pemerintah Singapura secara serius menggunakan teknologi blockchain untuk mempercepat transaksi keuangan melalui proyek percontohan di Pulau Ubin.

Pemerintah Filipina mengembangkan National Center for AI Research (NCAIR) di dunia manufaktur dan telekomunikasi. Pemerintah Australia sudah lebih dulu menggunakan CSIRO sebagai pusat pengembangan inovasi, dan untuk menghasilkan produk yang diakui dunia, salah satunya wi­-fi dan lensa kontak. Pemerintah Indonesia secara serius juga mulai melihat pentingnya membangun clearing house teknologi yang diharapkan dapat membantu pemerintah untuk secara proaktif menggunakan teknologi, demi meningkatkan kualitas layanan publik.

Strategi pemberdayaan clearing house teknologi tersebut, salah satunya pengoptimalan peran technopark yang menjadi hub bagi banyak pemangku kepentingan nasional dan lokal, untuk menjalin kemitraan. Penguatan peran technopark dapat menyinergikan kepentingan industri, kampus, masyarakat, dan pemerintah, dalam memberikan solusi terbaik dan terkoordinasi. Sulitnya menyinergikan berbagai pihak dalam memberikan solusi terbaik di masyarakat disebabkan tidak adanya melting pot untuk melihat tantangan dalam masyarakat dari berbagai kepentingan.

Technopark harus hadir membuka ruang dialog untuk berbagai pihak yang mencari teknologi yang relevan guna mengakselerasi pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Industri memerlukan dukungan kampus untuk menyalurkan kekuatan inovasi kampus dalam menciptakan produk yang komersial. Pemerintah memerlukan teknologi siap pakai, yang berasal dari industri dan kampus. Hal ini penting agar semua pihak tidak lagi melakukan koordinasi kebutuhan teknologi secara acak. Namun, secara pasti merujuk ke technopark sebagai pusat inovasi dan teknologi.

 

Tiga fungsi penting

Technopark memiliki tiga fungsi penting. Pertama inkubasi, technopark harus mampu mengembangkan sumber daya manusia (SDM) melalui transfer pengetahuan dan keahlian dari pihak industri dan kampus. Pelatihan oleh para pihak industri dan kampus akan menjadikan keahlian SDM tersebut relevan dengan tantangan di masyarakat. Hal ini penting karena selama ini kualitas SDM yang hadir untuk memecahkan masalah di masyarakat sudah tidak relevan dengan tantangan saat ini sebab ruang kerja sama dari industri, kampus, dan pemerintah masih terjadi secara acak dan tersebar.

Peran inkubasi technopark akan memudahkan semua pihak tahu di mana harus dilakukan transfer pengetahuan dan keahlian sehingga dapat mempercepat penyiapan SDM yang akan diterjunkan langsung di tengah masyarakat. Technopark juga harus mampu menciptakan keahlian dan pengetahuan yang baru melalui kolaborasi multipihak sehingga technopark dapat terus berkembang menyiapkan SDM ke depan.

Kedua pelayanan, technopark harus mandiri secara finansial. Oleh karena itu, sebuah technopark harus memanfaatkan infrastrukturnya sendiri dan menghasilkan nilai tambah ekonomi. Technopark yang hanya bergantung kepada anggaran pemerintah justru akan membebani pemerintah daerah. Caranya ialah technopark memberikan layanan konsultasi, pelatihan, atau bahkan penciptaan purwarupa produk yang dibutuhkan industri ataupun pihak yang lain. Fungsi pelayanan ini mendorong technopark terus meningkatkan kualitas infrastruktur dan tenaga ahli yang dimilikinya. Contoh technopark yang mampu memberikan layanan optimal buat industri atau pihak lain ialah CSIRO, yang memiliki lebih dari 1.800 perjanjian komersial dengan nilai sebesar A$700 juta.

CSIRO secara serius meningkatkan kualitas layanan untuk pihak industri, sembari memperkuat penciptaan produk yang berkualitas dan memperoleh keuntungan dari adanya hak kekayaan intelektual dari produk tersebut. Pengelolaan layanan yang profesional dari technopark justru akan mampu memperkuat keuangan pemerintah daerah sembari meningkatkan kualitas layanan publik.

Ketiga penelitian, technopark harus mempercepat penelitian dari perguruan tinggi melalui kemitraan dengan industri. Technopark harus dapat memfasilitasi kerja sama penelitian antara universitas dan industri, atau bahkan mendorong produk untuk produksi massal. Kasus GeNose, Science Technopark Universitas Gadjah Mada (UGM) dapat menghasilkan produk melalui kemitraan antara universitas dan industri ialah contoh yang baik. Tentunya, pemerintah harus mendukung produk tersebut untuk produksi berkelanjutan yang lebih baik. Di sinilah peran technopark memastikan kepentingan para pihak harus berjalan dengan baik sehingga proses hilirisasi riset dan teknologi mendapat dukungan dari multipihak dan tidak bersifat acak dan reaktif.

 

Menjadi dasar

Ketiga fungsi technopark ini harus menjadi dasar bagi technopark sebagai clearing house teknologi yang terhubung langsung dengan pemerintah kabupaten untuk menciptakan solusi inovatif yang lebih baik bagi masyarakat. Negara yang mampu mengoptimalkan peran technopark dapat memudahkan upaya pemerintah dalam menciptakan pelayanan publik yang lebih baik. Solo Techno Park (STP) sebagai bagian dari entitas Pemerintah Kota Surakarta, mengadopsi konsep tersebut untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat di Surakarta. STP menyediakan pelatihan untuk ratusan usaha kecil dan menengah selama bertahun-tahun, melalui kemitraannya dengan berbagai industri. STP memberikan pelatihan bagi ratusan talenta muda tentang keamanan siber.

Oleh karena itu, diharapkan pengetahuan tersebut dapat disebarluaskan di kalangan pejabat pemerintah untuk menjaga kerahasiaan data. STP memberikan layanan kepada industri, untuk membangun tenaga kerja terampil di bidang minyak dan gas, dan mengekspor tenaga kerja tersebut ke luar Surakarta. Sebagai technopark, STP telah berakselerasi dan menggaet mitra yang berbeda, setidaknya sekarang lebih dari 30 mitra industri telah bekerja sama dengan STP di tiga sektor yang berbeda, yaitu manufaktur, kapal technopreneur, dan industri kreatif.

 

Tiang sinergi

Sebagai pusat inovasi dan teknologi, taman tekno harus menciptakan hubungan yang kuat di antara komunitas yang berbeda, melakukan penelitian dan program yang gesit untuk menanggapi masalah yang terjadi di masyarakat. Technopark sebagai potensi tersembunyi yang belum dimanfaatkan secara maksimal oleh banyak pemerintah kabupaten. Produk yang telah diproduksi di banyak taman tekno memiliki potensi untuk menciptakan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat. Industri perlu membangun ikatan dan kepercayaan yang lebih kuat bagi taman tekno untuk mengatasi masalah dalam bisnis dan memberikan solusi yang lebih baik.

Banyak pekerjaan rumah terbentang di depan yang membutuhkan tekad kuat dan solusi kreatif, serta panggilan aksi nyata. Technopark secara bertahap akan mengubah banyak aspek dalam masyarakat dan menciptakan kota yang lebih produktif dan berkelanjutan. Kemunculan technopark di berbagai kota di Tanah Air bisa menjadi tiang sinergi yang mengibarkan bendera kemajuan Indonesia di kancah dunia. Dari sini optimisme dipancangkan!






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »