
JAKARTA, bisniswisata.co.id: Memilih usaha untuk kepentingan ibadah yang mendekatkan diri umat pada sang penciptanya menjadi pilihan Hanny SE.MAK,ketika memulai usahanya di bidang layanan Umroh & Haji, peralatan sholat seperti mukena hingga hijab serta desain baju modest seperti gamis dan Outer.
“Usia tujuh tahun saya sudah sering membantu ibu yang menggelar bazaar di halaman mesjid ada buku, CD, hijab, mukena, oleh-oleh dari Mekkah dan produk Islami lainnya seperti Kaligrafi bertuliskan Allah dan Muhammad dari bahan melamin maupun dari besi.
“ Ibu saya yang mendesain tulisan kaligrafi itu nanti diproduksi oleh karyawannya. Kini mesjid itu menjadi Islamic Center Surabaya dimana ibunda saya Hj Siti Maesaroh adalah salah satu pemerkasanya,” kata Hanny penuh rasa syukur.
Masjid raya yang berdiri di Jalan Dukuh Kupang, Kota Surabaya tersebut mampu menampung hingga 3.000 jemaah di bagian dalam dan hingga 2.000 jemaah di bagian luar. Sampai sekarang setiap kali berkunjung ke mesjid yang bangunannya terwujud di era Gubernur Jawa Timur di bawah pimpinan Khofifah Indar Parawansa itu membuat kenangannya berkelebat saat membantu ibunya berjualan.
“ Ibu saya itu anak mesjid, sarjana hukum yang menjadi Ketua pengajian IPWSS di Islamic Center dan Ketua Keluarga Penolong Anak Yatim ( KPAY), punya boutique baju Muslim di Tunjungan dan dimasa itu aktif mengajarkan mualaf untuk belajar mengaji,”
Salah satu mualaf adalah wanita asal Belanda yang bersuamikan pria Indonesia biasa disapanya sebagai ibu Taufik. Tetangganya itu kompak dengan ibundanya untuk membuat makanan Jumat Berkah sehingga sedari kecil Hanny sudah akrab dengan dunia jahit menjahit dan dapur karena ibunya dan buTaufik selalu melibatkannya untuk berbagi untuk umat.
Alhasil ketika sudah dewasa dengan empat adik, Hanny si sulung selalu gerak cepat ( gercep). Sang ibu yang menjadi role model selalu menekankan Hanny kecil untuk learning by doing jadi jangan heran kalau saat menjaga bazaar produk ibundanya, Hanny gesit melayani pembeli dan saat tidak ada pembeli anak yang belum cukup umur 10 tahun itu sudah pandai membaca buku-buku dagangan.
“Kalau kita mau sukses di kesempatan pertama adalah gercep, gerak cepat. Kesempatan nggak datang 3,4 kali. Kesempatan hanya datang sekali. Kita harus masuk dengan gerak cepat,” kata Hanny menerapkan keteladanan dari bundanya.
Gotong royong, kata dia, juga diperlukan dalam meraih kesuksesan. Sebagai anak tertua dia harus membimbing adik-adiknya untuk bisa bersama-sama saling membantu untuk sukses bersama sehingga akhirnya kini ke empat adiknya, satu lelaki dan 3 perempuan sukses sebagai pedagang dan pengusaha rumah makan.
“ Kalau anak gaul sekarang istilahnya Geber, gerak bersama sehingga adik bontot saya di Pasuruan punya dua rumah makan, anak perempuan lainnya sukses menjadi pedagang sembako dan satu-satunya anak lelaki ibuku jadi ahli marketing terutama untuk apartemen. Dagangan saya mukena laris dipasarkan untuk kalangan relasinya adik saya ini,” katanya bangga.
Ibundanya Siti Maesaroh yang asal Lomongan memang tipe wanita yang mampu gaspol alias garap semua potensi yang ada dengan mendirikan Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) di Surabaya dengan kantor perwakilan di Cempaka Putih, Jakarta.
“Saya masih inget ikut ibu mondar-mandir Jakarta-Surabaya untuk mengurus keberangkatan jemaahnya ke tanah suci Mekkah. Kantor ibu di seberang RS Islam Cempaka Putih. Usia 15 tahun saya sudah berangkat haji,” kata Hanny.
Dia mengenang sikap ibunya yang gaspol alias garap semua potensi yang ada dalam dirinya terutama sebagai pembimbing haji dan umroh. Dia tidak menyebut ibunya sebagai pengusaha karena sebagian besar penghasilan bundanya itu hanya untuk menolong orang.
“ Ibu saya itu kerap sekali ditipu dengan orang-orang yang menghalalkan segala cara padahal bisnis haji dan umroh itu untuk menjadi pelayan Allah. Saya menyaksikan sendiri ibu hanya menangis dan malah mendoakan orang-orang yang telah menyakiti hatinya agar di bukakan pintu hidayah dan mereka diberi kesempatan untuk tobat dan dijauhkan dari neraka,”
Kalau di total dengan pengalaman menjadi staf KBIHU milik ibu dan bisnis yang dirintisnya sendiri yaitu PT Bagus Haromain Wisata Travel Umroh dan Haji Plus maka Hanny menggeluti bisnis ini sudah 36 tahun lamanya.
Di saat orang-orang berbondong-bondong menjadi tamu Allah karena ingin merasakan Ramadhan dan Idul Fitri di tanah suci, Hanny tetap istiqomah tak ingin melambungkan harga-harga. Tak heran akomodasi hotel bintang tiga, empat dan lima, harganya mulai dari Rp 27, 5 juta selama 9 hari hingga Rp 42,5 juta untuk 12 hari dengan akomodasi bintang lima yang tergolong harga di bawah rata-rata.
“Bisnis Umroh dan Haji itu tidak gampang, dua rumah, satu apartemen satu mobil Rubiccon melayang gegara mitra di Mekkah tidak istiqomah. Calon jemaah tidak bisa berangkat dan persoalan-persoalan lainnya. Kalau saya sih nggak mau mengotori bisnis melayani umat untuk beribadah ke tanah suci,”
Menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapinya, Hanny mengikuti jejak almarhum ibunya yang wafat dalam usia 52 tahun. Dia malah mendoakan pengkhianatan mitra-mitra kerjanya agar terbebas dari neraka jahanam dan azab dunia maupun akhirat.
“Uang bisa dicari buktinya bisnis penjualan mukena, hijab, baju-baju Muslim saya saat ini termasuk Outer di bulan Ramadhan ini tetap jalan. Padahal sempat menghadapi kelangkaan bahan hingga saya dapat pasokan dari Cirebon, “ ungkapnya.
“Selalu ada jalan dan setiap kali kita bersyukur ada saja pintu-pintu rejeki lain yang terbuka jika kita mengadu pada Allah dan hanya minta pada Allah,” kata sarjana ekonomi yang kerap dipanggil ustajah karena kerap diundang mengisi majelis ta’lim ini.
Wanita yang pandai membuat nasi Briyani atau biryani ini juga kerap melayani pesanan Jumat Berkah seharga Rp 35 ribu per box. Nasi biryani adalah sebuah hidangan nasi yang kaya akan rempah-rempah dan bumbu yang berasal dari Asia Selatan, terutama India dan Pakistan. Hidangan ini umumnya terdiri dari nasi basmati yang dimasak dengan campuran daging, seperti ayam, daging sapi, atau kambing.
“ Biasanya yang pesan memang orang-orang yang ingin memberikan yang terbaik untuk saudara Muslimnya. Mereka yang paham bahwa hidupnya untuk tabungan kematiannya dan selalu bersyukur atas nikmat Allah,” ujarnya.
Dianggap orang hidup bergelimang harta, setiap hari ada saja keluarga, kerabat dan sesama pengusaha meminta pinjaman uang pada wanita salehah ini. Dia tidak keberatan menolong orang, namun si peminjam rata-rata tidak mengembalikannya
Hanny dengan sabar melayani namun ternyata sifat manusia di saat memiliki kemampuan untuk mengembalikan uang pinjamannya langsung kehilangan kemauan untuk membayar hutang.
“Azab orang yang tidak bayar hutang di dunia, pasti akan mengalami kekurangan rezeki dan berkah. Bahkan sepanjang hidupnya akan terlilit hutang dan disadari atau tidak selalu mengalami keburukan,”
Hanny bercerita saat trending olahraga bersepeda maka banyak masyarakat membeli peralatan dan sepeda harga puluhan hingga ratusan juta. Singkat cerita pengusaha yang bangga bisa membeli sepeda mahal ini mengitari komplek perumahannya bersama sepeda masing-masing dengan istrinya.
Tapi tiba-tiba istrinya terjatuh dan langsung tulang lengan bergeser.Untuk ukuran jalan santai di pagi hari tanpa gangguan lalu lintas seharusnya tidak fatal namun karena sang suami tidak mau membayar hutang untuk pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh pihak ke tiga maka tanpa disadari biaya kecelakaan istrinya jauh melampaui biaya yang harusnya untuk membayar hutang.
Oleh sebab itu berulang kali dalam pertemuan singkat bersama Hanny, dia selalu mengingatkan bahwa hidup kita untuk pertanggungan jawab ketika nanti kita mati. Di segala kondisi dan kesulitan yang dihadapi selalu bersyukur karena sepanjang manusia masih hidup selalu akan bertemu dengan masalah, tutupnya
Recent Posts
- Firms need ‘customer stickiness’ to thrive amid AI-driven disruption
- Hanny: Hidupmu untuk Matimu, Banyaklah Bersyukur.
- Kuoni extends out-of-date range flights to more destinations
- Fred Olsen Cruise Lines ship makes Newcastle debut
- Agent Diary: Wildlife experiences are a big draw – be sure to sell only the ethical ones
Recent Comments