BANDAR SERI BEGAWAN, bisniswisata.co.id: Sebagai undangan pengantin yang masuk dalam daftar keluarga inti, maka kami tiba di Hotel Aman Hills, Bandar Seri Begawan, Brunei, sehari sebelumnya. Bersama Wiwiek Widyawati, kami berdua dari Jakarta, Indonesia ditempatkan satu kamar.
Terkejut juga saat check-in di lobby hotel model ruko dan tak terbayang dengan fasilitas ruang pertemuan besar yang ada. Begitu check-in di lantai tiga yang pararel dengan hall besar tempat pernikahan, kolam renang untuk olahraga dan ruang makan pagi di satu lantai, kami berdua langsung masuk kamar untuk tarok barang dan langsung turun ke lantai dasar.
Besok, hari Minggu, adalah acara Majelis Akad Nikah dan Majelis Sanding dari Zaahiyah binti Moddin dengan Hafizan calon pengantin pria yang berlangsung di Aman Hills Hotel, Bandar Seri Begawan mengundang sedikitnya 700 undangan atau sekitar 1400 orang tamu.
Hotel menyatu dengan pusat perbelanjaan sehingga mencari camilan dan cuci mata melihat barang-barang yang di jual jadi tujuan. Dalam beberapa menit sudah bisa disimpulkan untuk pakaian kurang fashionable. Pantesan wisatawan Malaysia dan Brunei senang sekali belanja di Thamrin City, Jakarta.
Pulang window shooping, baru melongok lokasi kolam renang dan ruang pertemuan untuk perhelatan besok siang. Alamak besarnya ruangan untuk menampung 1500 an tamu. Setiap meja bulat diisi 10 kursi dan di tengah meja sudah tersedia tempat makan bulat lebar dari stainless steel, gelas, piring, botol minuman soda serta peralatan sendok makan.
Di sinilah kami berjumpa dari keluarga pihak calon mempelai pria. Soalnya pengundang hajatan ini adalah orangtua pengantin wanita, Dayang Hajah Salamah Binti Haji Awang Tengah dan suaminya Awang Haji Moddin Bin Ibrahim, keduanya mitra bisnis di produk kesehatan.
aTidak seperti resepsi pernikahan di Indonesia yang biasanya megah dengan aneka hiburan dan aneka makanan yang berlimpah, upacara pernikahan tradisional melayu atau yang biasa disebut Majlis Bersanding (Resepsi) relatif lebih sederhana. Namun, bukan berarti menjadi tidak istimewa.
Pernikahan tradisional Melayu di Brunei terdiri dari dari banyak upacara, yang biasanya dilakukan selama 2 minggu. Kehadiran kami hanya hadiri dua acara dari rangkauan kegiatan yaitu Malam Bebedak dan berinai dan dua hari kemudian mengikuti Majelis Akad Nikah dan Majelis Bersanding.
Tradisi lainnya hampir sama dengan Indonesia seperti lamaran, pertunangan, hantaran, malam berinai, malam melepas lajang, mandi-mandi, akad nikah dan berlangsungnya resepsi pernikahan. Namun, saat ini banyak pengantin modern dan keluarganya yang hanya melaksanakan beberapa upacara saja,
Nuansa biru muda dan hijau daun
Menghadiri pernikahan antara dua negara serumpun ini membuat saya merasa excited apalagi pas hari H, saya muncul di ruang resepsi lebih awal. Jadi setelah mengisi buku tamu dan mendapat souvenir, tamu akan disambut oleh barisan ‘ Pagar Ayu dan Pagar Bagus ‘
Oiya, tak ada box untuk amplop uang bagi mempelai. Namun biasanya diberikan pada orangtua pengantin yang menunggu memberi salam saat tamu akan pulang. Jadi tamu melakukan salam tempel dengan amplop saat pamit pulang.
Rupanya keluarga pengantin pria memakai seragam bernuansa biru, maka tamu-tamu undangan dari pihak pria juga memakai busana bernuansa biru dan tempat duduknya ada di sisi kanan. Sementara keluarga pengantin wanita bersama tamu-tamunya memakai busana bernuansa hijau daun dan duduk di sisi kiri
Di Brunei, orang Melayu biasanya beragama Islam, jarang sekali menemukan Melayu non Muslim. Jadi saat menghadiri majlis seperti ini tamu biasanya diharapkan berpakaian sopan. Bagi masyarakat Melayu Brunei, umumnya wanita memakai Baju kurung dan yang laki-laki mengenakan Pakaian ala melayu.
Terdiri dari tunik tanpa kerah yang berpotongan longgar dengan panjang minimal menutupi pantat sampai selutut. Dengan rok panjang. Budaya sarimbit alias mengenakan busana senada dengan pasangan atau keluarga juga ada di sini lho. Banyak sekali suami istri yang mengenakan baju kurung dan baju cara melayu senada sekaligus dengan anak-anaknya.
Kebayang kan kostum yang kami kenakan jauh berbeda karena saya mengenakan kaftan kuning, mbak Wiwiek pakai gamis bahan dasar hitam dengan selendang merah. Kalau nggak punya baju kurung atau baju cara Melayu boleh pakai baju yang sopan, seperti batik, kaftan, gamis, dress, celana panjang kain
Terlihat juga budaya sarimbit alias mengenakan busana senada dengan pasangan atau keluarga.Banyak sekali suami istri yang mengenakan baju kurung dan baju cara melayu senada sekaligus dengan anak-anaknya. Kadang ada yang senada warnanya aja dan ada yang benar-benar kembaran warna kain sampai motif sinjang.
Untuk resepsi pernikahan Melayu umumnya diadakan siang hari, tamu diharapkan hadir mulai pukul 11.00 – 13.00. Ketepatan waktu ini sangat penting karena pihak keluarga sebelum akad nikah ada acara hantaran dibawakan oleh belasan pasangan remaja.
Namanya juga hantaran dari pihak lelaki pada pengantin wanita, nampak sekali bentuk hantarannya penuh cinta karena baki berisi kotak-kotak permen coklat berbentuk L O V E juga bertuliskan H love Z, Hafizan love Zee panggilan Ziyyah yang merpakan karya seni dengan selera craft yang tinggi.
Begitu mendapat tempat duduk, silakan bergaul dengan teman di sebelah kanan dan kiri. Agak canggung memang kalau kita nggak kenal siapa-siapa di acara tersebut tapi ajaran agama selalu menekankan untuk silaturahim sehingga mulailah dengan senyum maka selanjutnya obrolan akan berjalan lancar.
Saya semeja dengan tamu dari Bintulun. kak Norliza bersama suami dan dua putrinya, saudara ibunda pengantin putri. Jauh sekali perjalanan darat yang mereka harus tempuh seperti jarak Jakarta-Jogya yang harus ditempuh 6 -7 jam untuk menghadiri resepsi pernikahan ini.
Bintulu ialah sebuah divisi administratif di negara bagian Serawak, Malaysia. Kota Bintulu ini mulai berkembang menjadi sebuah kota yang ramai sejak ditemukannya beberapa titik tambang gas alam, minyak bumi dan batubara.
Kota Bintulu terkenal sebagai kota energi ke 2 di Serawak selain bandaraya Miri. Di kota ini terletak beberapa jalur dan pipa minyak milik Petronas. Kami otomatis bertukar nomor handphone dan alamat rumah agar bisa menyambung silaturahim. Suami Norliza langsung berjanji tahun 2025 akan berwisata ke Indonesia dan akan menginap di rumah kami.
Prosesi acara majelis resepsi
Setelah ruangan dipenuhi para tamu sekitar 1400 an orang, maka pengantin wanita masuk ruangan, begitu pula pengantin pria masuk secara terpisah bergantuan. Pengantin wanita didampingi ibu mertua dan ibu kandungnya langsung duduk di atas panggung.
Acara selanjutnya disusul iring-iringan muda- mudi membawa hantaran berjalan memasuki ruangan dan menyerahkannya pada pihak keluarga wanita dan di tata dekat panggung. Persis di bawah panggung ada meja dan deretan bangku untuk akad nikah yang disini disebut Majelis Akad Nikah. Hafizan, mempelai pria sudah siap di dampingi penghulu dan tokoh keluarga untuk melaksanakan akad nikah.
Seusai pengantin berdua duduk di pelaminan dan keluarga serta tamu mendoakan pengantin dipandu seorang Ustadz atau pihak keluarga yang dituakan. Kemudian tamu akan menikmati hidangan pesta yang sudah disajikan di setiap meja. Biasanya yang duduk di pelaminan hanyalah pasangan pengantin, sementara orang tua akan duduk bersama keluarga di meja prasmanan.
Rata-rata hidangan di meja ini terdiri dari nasi putih, 2 sampai 3 macam lauk seperti tumis, semur daging, rendang dan potongan jeruk mandarin yang manis. Tersedia pula air mineral serta minuman bersoda. Semua ini disajikan secara prasmanan di meja tempat kita duduk. Kita bisa mengambilnya sendiri sesuai dengan kemampuan kita makan.
Dalam konteks acara majlis bersanding, pihak keluarga dipimpin ibu/bapak mempelai bisa mendatangi tamu-tamu yang datang dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran mereka.
Begitu makan selesai, keluarga pengantin akan memberi tahu bahwa seluruh rangkaian peristiwa telah berakhir. Para tamu dipersilakan untuk mengambil foto bersama dengan kedua pengantin atau bisa meninggalkan ruangan.
Kedua orangtua mempelai kemudian berdiri di pintu keluar mengucapkan salam perpisahan sekaligus menerima angpao jika tamu imgin memberikannya. Inilah salah satu alasan mengapa para tamu dari pengantin laki-laki dipisah dengan tamu-tamu dari pengantin perempuan.
Acara joget-joget tetap ada seperti di Indonesia, tapi kali ini kami lakukan dengan segelintir panita dari pengantin karena jam 14.00 teng ruangan ball room sudah harus dihias kembali untuk penyewa berikutnya.
Jadilah waktu 30 menit kami manfaatkan untuk joget melayu, berdangdut ria dan berpisah dengan lagu untuk pengantin dari Maliq D’Essentials Kita Bikin Romantis .
“Kita bikin romantis, bikin paling romantis. Sambil bermain mata, turun ke hati, hatinya jatuh.
Kita bikin romantis yang paling romantis Sambil gandengan tangan, hati pelukan di angan syahdu….” Happy Wedding Day Zee dan Hazfian…….
Recent Posts
- Another Scandic Go Hotel Planned for Jönköping, Sweden
- Why Barbados is the ideal island for a family break
- Cincinnati, Ohio Welcomes Hotel Celare, a New Tribute Portfolio Hotel by Marriott, Opening this Winter
- Mode Halal Indonesia Berkembang Secara Global
- Peachtree Group Breaks Ground on Residence Inn by Marriott in San Antonio, Texas
Recent Comments