Kementan Jelaskan Alasan Tak Lagi Beri Pendampingan pada Petani Food Estate


TEMPO.CO, Jakarta – Para petani food estate Humbang Hasundutan, Sumatera Utara hanya diberikan pendampingan di tahap awal penanaman selama berlangsungnya proyek lumbung tersebut. Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menyatakan pendampingan memang tak mungkin dilakukan terus menerus. Menurutnya, petani harus bisa mandiri dari hasil panen tahap pertama.

“Kami kan sudah mengawal dari 2020. Pembukaan lahan, penanaman, panen dan sebagainya. Saya kan ga mungkin terus, Engga bisa. Pemerintah pusat kan harus megang yang lain juga,” ujarnya saat dijumpai di Dolok Sanggul, Kamis, 26 Januari 2023.

Baca: Food Estate di Humbang Hasundutan Dinilai Gagal, Ini Penjelasan Lengkap Anak Buah Luhut

Prihasto pun membeberkan bahwa kementeriannya sudah tak lagi menjadi penanggung jawab dalam program food estate Humbang Hasundutan. Pasalnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan telah menunjuk Pemerintah Daerah, yakni Bupati Habang Hasundutan sebagai penanggung jawab dengan bantuan Van Basten Pandjaitan sebagai manajer lapangan. Penunjukan itu dilakukan melalui surat yang ditandatangani Luhut pada 28 April 2021. 

“Guna kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, Bupati Humbang Hasundutan dibantu oleh Van Basten Pandjaitan yang bertindak sebagai manajer lapangan food estate Humbang Hasundutan,” tulis Luhut dalam surat itu, dikutip dari dokumen yang diterima Tempo pada Sabtu, 28 Januari 2023.

Menurut Prihasto, langkah Luhut itu bukan karena kinerja Kementerian Pertanian yang jeblok dalam mengurus proyek food estate melainkan agar pemerintah daerah bisa fokus dalam mengelola lahan yang sudah dibuka itu. Adapun saat ini lahan yang dibuka di Humbang Hasundutan seluas 215 hektare dari target 1.000 hektare. Namun, lahan yang ditanam baru sekitar 146 hektare. 

Tetapi berdasarkan pengamatan Tempo di kawasan food estate di Desa Sira-ria Humbang Hasundutan, dari 146 hektare itu lebih dari separuhnya terbengkalai menjadi semak belukar. Lahan itu ditinggal oleh petani lantaran tak sanggup menanam kembali pada musim berikutnya usai gagal panen di tahap pertama.

Selanjutnya: Ketika dikonfirmasi, Prihasto enggan berkomentar….





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »