Aldila Norman Azharamdani dan Rininta Amandla Sari Justianto Cinta yang Menyembuhkan


CINTA yang tidak terhalang oleh sakit keras juga dibuktikan Aldila Norman Azharamdani, atau akrab disapa Azha, dan Rininta Amandla Sari Justianto, atau akrab disapa Cinta. Sebulan sebelum pernikahan, Cinta divonis menderita kanker darah atau leukemia.

Cinta dan Azha sudah kenal sejak SMP dan berteman sejak di bangku SMA. Hubungan spesial mereka baru bersemi setelah Cinta kuliah S-2 di Amerika Serikat. Pada 2014 itu Azha meminta Cinta menjadi kekasihnya.

Empat tahun setelah berpacaran, Azha memutuskan untuk melamar Cinta dan direstui orangtua mereka. Di masa-masa mengurus persiapan pernikahan itulah Cinta sering merasa tidak enak badan.

Ketika hadir di Kick Andy, Azha pun mengungkapkan bahwa ia masih ingat ketika suatu hari ditelepon Cinta yang sudah dalam perawatan di unit gawat darurat (UGD). Malam itu pula, anomali di darah Cinta dikhawatirkan merupakan leukemia.

Cinta diputuskan akan menjalani pengobatan di Singapura. Jalannya pengobatan yang tidak bisa tebak membuat keluarga Cinta rela melepaskan Azha jika ingin mengakhiri hubungan.

“Papa (ayah Cinta) menyampaikan pada saya, di sini posisinya Papa sangat mengerti kalau kamu mau menunda pernikahan ini dulu ataupun tidak jadi menikah sama Cinta dan kamu bisa melakukan kegiatan kamu sehari-hari seperti biasa,” kata Azha menirukan ucapan ayah Cinta saat hadir sebagai bintang tamu di Kick Andy bertajuk Mukjizat Cinta, yang tayang Minggu (17/7) pukul 21.05 WIB di Metro TV.

Cinta pun menyatakan hal serupa kepada Azha. Namun, pernyataan-pernyataan itu sama sekali tidak mengubah keteguhan Azha. Baginya, sakit bisa menimpa siapa saja, termasuk ia sendiri. “Entah nanti saya yang sakit atau saya yang tiba-tiba terpuruk, pasti Cinta yang ada di samping saya. Di situ saya langsung mau nemenin Cinta untuk treatment di Singapura sampai dia sembuh,” lanjut pria berusia 31 tahun itu.

Azha bahkan memutuskan untuk mempercepat pernikahannya agar bisa menemani Cinta di Singapura. Azha dan Cinta merasa dimudahkan dalam segala hal untuk pernikahan mereka. Data mereka yang telah masuk ke Kantor Urusan Agama (KUA) pun membuat mereka mampu melakukan pernikahan di rumah sakit keesokan harinya.

Akhirnya, pada 4 Juli 2018, Cinta dan Azha telah mengucap janji suci meski dengan pernikahan yang sangat sederhana. Berselang dua hari setelahnya, mereka langsung memulai pengobatan di Singapura

Setelah empat bulan di rumah sakit, pascatransplantasi, selama satu bulan Cinta harus berada di ruang isolasi. Cinta dan Azha baru kembali ke Indonesia setelah sekitar 1,5 tahun di Singapura.

“Dia (Azha) benar-benar ada 24 jam di sebelah aku. Di rumah sakit pun enggak ada kepikiran buat Azha buat jalan-jalan. Selalu di kamar rumah sakit, makan, tidur, nonton TV, gitu aja terus kerjaannya. Jadi, setiap hari enggak mau ninggalin aku. Selain Azha, keluarga semua juga support aku. Ini sangat membangun semangat aku melalui semuanya,” kenang Cinta.

Bahkan Azha juga ikut membotaki kepala setelah rambut Cinta dicukur seusai kemoterapi. “Saya juga pengin nemenin Cinta juga karena saya tahu rambut itu salah satu yang paling penting buat perempuan,” tutur Azha.

Cinta menceritakan, selama penyembuhan, tidak hanya tubuhnya yang harus berjuang, tetapi mentalnya juga dipermainkan penyakit yang dideritanya. Keputusan untuk melakukan transplantasi pun harus ditanggung dengan risiko tinggi, salah satu efeknya ialah peluang rendah untuk memiliki anak.

Sekarang Azha telah kembali bekerja di konstruksi infrastruktur migas, sudah tiga tahun ia bekerja di sana. Cinta pun kini tidak lagi bekerja di perusahaan keluarga. Ia justru menjadi seorang guru taman kanak-kanak (TK). “Sekarang mengajar TK. Sebetulnya ini passion aku dari dulu. Dulu saat kuliah pernah (bekerja) part-time pas sekolah di luar karena memang dari dulu seneng ngajar dan suka sama anak kecil,” jelas Cinta.

Kini Cinta dan Azha ingin menjalani kehidupan sewajarnya rumah tangga. Mereka merasa telah dipersiapkan dengan cobaan berat di awal pernikahan mereka dengan harapan menjadikan mereka semakin menguatkan. Bagi Cinta dan Azka, sistem pendukung dan lingkungan yang paling sehat ialah keluarga yang selalu ada baik dalam suka maupun duka. (*/M-1)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »