Petaka Plastik di Sungai di Nusantara


BERDASARKAN data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2020 menunjukkan 59% sungai di Indonesia tercemar berat. Sebagian besar sampah yang mencemari sungai di Nusantara berasal dari limbah industri yang menyebabkan kehidupan biota dalam sungai mati. 

Kondisi itu memprihatinkan. Sebab, lebih dari 80% bahan baku air minum masyarakat berasal dari sungai.

Guna mengetahui lebih detil kondisi sejumlah sungai di Tanah Air, Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) mengadakan penyusuran di 68 sungai. Bernama Ekspedisi Sungai Nusantara, kegiatan ini dilakukan Pendiri sekaligus Direktur Yayasan Ecoton, Prigi Arisandi, serta videografer sekaligus peneliti Ecoton, Amiruddin Muttaqin.

Ecoton adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pemulihan lingkungan sungai. Penyusuran sungai-sungai tersebut dimulai dari Maret-Desember 2022. Kajian kesehatan sungai dilakukan dengan deteksi serangga air, kandungan mikroplastik, hingga polutan dalam air.

“Sudah 26 sungai yang selesai dideteksi di wilayah sebagian Jawa, Sumatera, Aceh dan Medan. Sebagian besar semuanya tercemar mikroplastik terkecuali ada tiga mata air yang jadi hulu dari sungai,” kata Prigi, saat tampil di Kick Andy episode Ekspedisi Planet Biru yang tayang Minggu (10/7).

Mikroplastik merupakan serpihan plastik berukuran kecil di bawah lima milimeter hingga satu milimeter. Ini berasal dari degradasi plastik ukuran besar seperti tas kresek, sedotan, tali rafia, senar jaring, botol plastik dan bahan pembungkus makanan dan minuman dan seterusnya. 

Di perairan, plastik ini jadi santapan biota yang menganggap plastik sebagai makanan. Ikan yang terkontaminasi mikroplastik mengancam kesehatan manusia yang mengonsumsinya.

Mikroplastik mengandung tiga bahan berbahaya dalam proses pembuatannya, yakni Bisphenol A (BPA) dalam bungkus makanan agar plastik menjadi keras. Lalu, Alkylphenols dalam berbagai aplikasi penghilang lemak di beragam produk kosmetik, dan produk perawatan tubuh, kemudian Phthalates senyawa aditif membuat plastik menjadi fleksibel. BPA mempengaruhi tingkat kesuburan dan disfungsi seksual terhadap lelaki.

BPA juga berpotensi menyebabkan kanker payudara, prostat, kanker ovarium dan kanker endometrium. Alkylphenols menyebabkan infertilitas pada lelaki, sperma rendah, dan mengganggu perkembangan prostat. Phthalates menurunkan tingkat testosteron dan estrogen meningkatkan gangguan kehamilan dan angka keguguran, anemia, toksemia, preeklampsia, maupun menopause dini.

Prigi dan Amiruddin menyusuri sungai-sungai tersebut dengan menggunakan motor, tetapi juga dikombinasikan dengan menggunakan perahu untuk menjangkau beberapa titik sungai. Semua kegiatan penyusuran ini dicatat dan didokumentasikan menjadi laporan dan masukan untuk pemerintah agar bisa lebih memperhatikan kualitas sungai.

Proyek yang dilakukan Prigi dan Amiruddin ini melibatkan peneliti, jurnalis, dan komunitas untuk memeriksa kesehatan sungai Nusantara. Dokumentasi kegiatan penyusuran sungai ini untuk mengajak masyarakat untuk menjaga sungai, menegaskan peran negara untuk memelihara dan memulihkan sungai-sungai di Indonesia, hasilnya akan dipublikasikan dalam bentuk film dokumenter melalui kanal Youtube Ecoton Documentary.

Ecoton mencatat sekitar 70 hingga 80 persen sungai di Indonesia dalam kondisi rusak, khususnya di Pulau Jawa. Hal ini tidak lepas dari populasi yang meningkat, masuknya investasi dan industri, serta tidak adanya upaya serius dari pemerintah untuk menjaga dan melestarikan sungai.

Membeli Air

Terkait potret kehidupan masyarakat sungai, Amiruddin mengatakan banyak yang harus membeli air. “Dulunya mereka menggunakan sungai untuk minum, mandi dan mencuci. Tapi sekarang sungai hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci saja. Untuk minum mereka harus mengeluarkan uang yang lebih. Di beberapa wilayah yang kita lihat untuk mandi pun mereka harus mengeluarkan air untuk beli galon karena airnya sudah terkontaminasi. Cukup ironis melihat sungai kita,” ungkap Amir, yang juga turut hadir di acara Kick Andy yang tayang malam ini.

 Sebelumnya, Ecoton telah melakukan ekspedisi di tiga sungai besar yang berada di Jawa, yakni Brantas, Solo, dan Citarum. Dari penyisiran tiga sungai terbesar di Jawa tersebut, Prigi berhasil membuat film dokumenter dan hasil penelitian yang dapat dilihat di  kanal YouTube Watchdoc. 

 Film yang rata-rata tiap episodenya berdurasi 30 hingga 40 menitan ini menyuguhkan kondisi sungai Jawa dari hulu ke hilir, hingga kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah di sungai, serta beberapa perusahaan yang tidak bertanggung jawab atas sampah yang mereka produksi dan kurangnya kepedulian pemerintah terhadap sampah plastik yang mencemari sungai. Biota di Kali Bengawan Solo dan Brantas seperti ikan, udang, kerang sampai garam, teridentifikasi sudah terkontaminasi mikroplastik. (M-1)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »