Menghargai Lawan Bicara Dengan Kurangi Kebiasaan Phubbing


JIKA sedang bicara dengan orang lain tapi dia justru fokus menatap layar gawainya, apa yang kita rasakan? Sekarang ini, kita dan gawai adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Kalau ditanya mending mana; ketinggalan dompet atau gawai? Sepertinya hampir semua akan menjawab, dompet.

Kelekatan kita dengan gawai seringkali membuat kita lupa bahwa ada batasan yang tetap harus dijaga. Ketika sedang berinteraksi dengan orang lain, entah itu orangtua, pasangan, teman, atau orang asing sekalipun, seringkali tanpa sadar kita malah mengecek gawai. Ada saja hal yang seolah-olah harus kita lakukan saat itu, seperti melihat notifikasi, scrolling media sosial, membalas pesan, bermain game, atau sekadar mengecek foto-foto di galeri.

Fenomena begitu dikenal dengan istilah phubbing atau phone-snubbing. Phubbing adalah sikap mengabaikan seseorang yang berinteraksi dengan kita, karena kita lebih memberikan perhatian pada layar gawai (Haigh, 2012). Meskipun terlihat sepele, phubbing dapat berdampak pada kehidupan pribadi dan sosial. Kebiasaan phubbing berkorelasi positif dengan tingkat depresi, kecemasan, dan adiksi. 

Phubbing membuat kita terganggu untuk hadir sepenuhnya dalam situasi saat ini. Saat mengabaikan lawan bicara, kita pun telah membuat koneksi yang terjalin semakin buruk, sehingga dapat menurunkan kualitas dan kepuasan dari hubungan tersebut. Tidak hanya itu, phubbing juga dapat membuat lawan bicara merasa bersalah dan diabaikan. Mereka mungkin membangun persepsi negatif tentang diri mereka, seperti merasa dirinya adalah pengganggu, atau merasa cerita yang dibagikan adalah hal yang tidak penting (Chotpitayasunondh & Douglas, 2016; Legg, 2018).

Kebiasaan ini tentu tidak mudah untuk diubah, tetapi jika kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain, kita pun perlu memperlakukan orang lain dengan baik juga. Jadi, berikut beberapa hal yang bisa Growthmates lakukan untuk mengurangi kebiasaan phubbing.

1. Kenali pemicu

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyadari situasi-situasi yang membuat kita melakukan phubbing. Apakah saat mendengar bunyi notifikasi di gawai? Atau saat sedang ada di situasi yang ramai? Dengan menyadari situasi, kita dapat lebih mudah merancang solusi yang tepat.

2. Ciptakan kondisi baru

Saat phubbing menjadi kebiasaan, perilaku tersebut seolah terjadi secara otomatis. Untuk itu, kita perlu menciptakan kondisi baru dan memikirkan alternatif kebiasaan yang lebih baik. Kita bisa memulai kebiasaan sederhana, misalnya menaruh gawai di tas, atau mengganti notifikasi gawai ke mode silent saat sedang berbicara dengan orang lain. Kita juga bisa mengganti kebiasaan memegang gawai, dengan memegang benda lain, seperti botol minum. Selain itu, kita juga bisa mengganti lock screen di gawai sebagai pengingat.

3. Beri perhatian penuh pada lawan bicara

Saat berhadapan dengan situasi yang memicu mengecek gawai, kita bisa menarik nafas panjang terlebih dahulu. Hal ini akan membantu kembali ke kondisi mindful. Kita dapat memberi perhatian penuh pada situasi saat itu. Kita pun dapat lebih sadar untuk memilih antara fokus ke gawai atau fokus pada orang yang ada di hadapan.

4. Asertif dengan lawan bicara

Komunikasikan dengan lawan bicara tentang hal yang kita pikirkan atau rasakan. Misalnya, jika kurang tertarik dengan topik yang dibahas, kita dapat mengajukkan topik lain yang lebih sesuai dengan minat. Atau, jika memang harus mengecek gawai saat itu juga, sampaikan berapa menit waktu yang kita butuhkan untuk fokus ke gawai. Hal ini akan membantu lawan bicara dapat lebih memahami kondisi kita, sehingga tidak ada persepsi buruk yang terbangun.

Dari sejumlah penjelasan tersebut, bukan berarti mengecek gawai saat berinteraksi adalah hal yang salah. Tentu ada situasi saat kita harus menjawab panggilan atau pesan yang mendesak, atau saat memang harus menyelesaikan suatu pekerjaan, hal itu tentu tidak apa-apa. Hal terpenting, kita paham dengan konteks pembicaraan dan peka dengan situasi yang ada di sekitar.






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »