Misi Damai Jokowi


USAI sudah kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia untuk bertemu langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 29-30 Juni 2022 kemarin. Presiden Jokowi mengunjungi Ukraina dan Rusia seusai menghadiri undangan pertemuan negara-negara G-7 pada 27-28 Juni 2022 di Jerman.

Kunjungan di saat kondisi tidak normal yang sangat berisiko tinggi karena dua negara tersebut masih dalam peperangan yang sudah terjadi dalam empat bulan terakhir.

Jokowi menjadi pemimpin Asia pertama yang mengunjungi dua negara tersebut. Misi damai Presiden Jokowi itu mempunyai alasan khusus yang sangat genting saat dunia di ambang krisis pangan dan energi, khususnya dalam rantai pasok global. Sementara itu, dunia masih menghadapi dampak dari pandemi covid-19 yang belum reda.

Dalam konferensi pers sebelum keberangkatan ke Jerman, Presiden Jokowi menyebutkan akan mendorong, mengajak negara-negara G-7 untuk bersama-sama mengupayakan perdamaian di Ukraina, juga secepat-cepatnya mencari solusi dalam menghadapi krisis pangan dan krisis energi yang sedang melanda dunia.

 

Perdamaian dunia

”Saya menawarkan diri membawa pesan dari Presiden Zelensky untuk Presiden Putin yang akan saya kunjungi segera,” ujar Presiden Jokowi kepada Presiden Zelensky, Rabu (29/6), dalam pertemuan di Istana Mariinsky, Kyiv, Ukraina. Jokowi mengupayakan titik temu di antara kepentingan kedua negara sehingga perang bisa berakhir. Persoalan pangan yang sangat genting dinilai dapat menjadi titik temu.

Di Rusia, Jokowi bertemu langsung dengan Putin. ‘’Saya telah menyampaikan pesan Presiden Zelensky untuk Presiden Putin dan saya sampaikan kesiapan saya untuk menjadi jembatan komunikasi di antara kedua pemimpin tersebut,” kata Jokowi di Moskow.

Dikutip dari kantor berita Rusia, Tass, pada Kamis (30/6), dalam konferensi pers seusai bertemu Jokowi, Putin siap membuka dan menjamin keamanan koridor untuk rantai pasok global pangan, pupuk, dan energi yang selama ini ditutup karena perang.

Pernyataan yang sangat penting di tengah terganggunya rantai pasok global terkait barang-barang tersebut.

Diplomasi kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia tersebut setidaknya mempunyai beberapa alasan yang kuat. Pertama, Indonesia menjalankan amanat dalam Pembukaan UUD 45 untuk menjaga perdamaian dan ketertiban dunia. Amanat ini yang selalu dibawa Indonesia dalam diplomasi dunia. Baik secara multilateral maupun bilateral. Mulai dari KTT Asia Afrika, Gerakan Non-Blok, dan lainnya. Yang diaplikasikan dalam kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Bebas independen tidak memihak negara mana pun yang terlibat konflik dan aktif dalam upaya perdamaian dunia.

Kunjungan ke Ukraina dan Rusia yang penuh risiko ditempuh oleh Jokowi demi terciptanya ruang dialog di antara kedua negara bertikai itu, yang muaranya nanti diharapkan akan tercipta perdamaian dan ketertiban dunia.

Posisi Indonesia mempunyai nilai lebih di antara negara-negara yang berkonflik maupun sekutunya. Indonesia tidak mempunyai kepentingan apa pun, selain terciptanya perdamaian. Independensi Indonesia inilah yang dijadikan salah satu posisi tawar sehingga bisa bertemu dan berdialog dengan pemimpin kedua negara. Selain itu, Indonesia adalah negara berkembang yang mempunyai penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Bisa dikatakan Indonesia mempunyai surplus dalam diplomasi.

 

G-20

Kedua, Indonesia yang menjadi Presidensi G-20 mempunyai peran yang sangat strategis, di mana Rusia menjadi salah satu anggota G-20. Presidensi G-20 2022 yang mempunyai agenda utama membahas kesehatan global dan pertumbuhan ekonomi dunia sebenarnya tidak spesifik membahas konflik Ukraina-Rusia. Akan tetapi, AS dan sekutunya mendesak Indonesia untuk tidak mengundang Rusia, dan malah diminta mengundang Ukraina yang bukan anggota dalam KTT G-20 2022.

Sebagai tuan rumah, Indonesia tidak mau didikte oleh Barat akan hal itu. Sebagai jalan tengah, Indonesia akan mengundang Rusia dan Ukraina dalam KTT G-20 yang rencananya dihelat November ini. Peran Presidensi Indonesia pada KTT G-20 2022 menjadi sangat penting. Maka, Presiden Jokowi aktif melakukan komunikasi dengan Ukraina dan Rusia agar bisa tercapai perdamaian.

 

Krisis pangan dan energi

Ketiga, saat ini dunia di ambang krisis ekonomi, terutama karena faktor pangan dan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh perang Ukraina-Rusia. Harga-harga kebutuhan dan komoditas menjadi naik di seluruh dunia. Yang paling menderita terutama negara-negara berkembang. Apalagi, mereka masih didera krisis akibat covid-19.

Rantai pasok global, yang sejak pandemi covid-19 belum pulih normal, sekarang menjadi tambah terganggu dengan adanya perang kedua negara itu yang berdampak langsung. Kedua negara tersebut adalah pemasok gandum sekitar 30% dunia dan Rusia sebagai salah satu produsen minyak dan gas bumi terbesar dunia.

Terganggunya rantai pasok global itulah yang menjadi salah satu pendorong Presiden Jokowi melakukan misi damai bertemu dengan Presiden Ukraina dan Rusia. Sebagaimana yang disebutkan oleh Presiden Jokowi sebelumnya bahwa Indonesia akan menawarkan koridor pangan kepada kedua pemimpin tersebut.

Usulan tentang koridor pangan memang bukan hal baru. Awal bulan Juni lalu Turki juga menjajaki gagasan koridor pangan kepada Rusia dan Ukraina. Dari pertemuan Jokowi dengan Putin, Rusia siap membuka koridor pangan tersebut khususnya lewat jalur laut. Selama ini dunia mengatakan Rusia bagian dari masalah, maka Presiden Jokowi dengan masuk ide pangan ini ingin menjadikan Rusia sebagai part of the solution. Krisis pangan memang harus dipecahkan bersama-sama. Dalam laporan FAO awal Juni lalu disebutkan bahwa ancaman krisis pangan dunia tahun ini akan semakin mengkhawatirkan karena krisis Ukraina-Rusia.

Pada April 2022, Indeks Harga Pangan FAO meningkat 17% lebih tinggi daripada Januari 2022, dan harga serealia meningkat lebih dari 21% sejak Januari.

Harga minyak mentah dunia juga mengalami peningkatan antara Januari dan April 2022, dengan harga minyak Brent yang meningkat hingga 24,5%. Laporan FAO juga menyebutkan bahwa sejak 2020, angka kemiskinan terus tumbuh di seluruh dunia, sejalan dengan jumlah orang yang mengalami kerawanan pangan. Berdasarkan simulasi FAO, jumlah orang kurang gizi secara global akan meningkat antara 7,6 juta dan 13,1 juta orang pada 2022-2023 sebagai dampak dari konflik ini.

Bank Dunia memperingatkan bahwa setiap persentase kenaikan dalam indeks harga pangan akan mendorong 10 juta orang ke dalam kemiskinan ekstrem di seluruh dunia. Menurut proyeksi Program Pangan Dunia (WFP), terganggunya pasokan minyak dan pangan dari Rusia dan Ukraina ini akan meningkatkan 47 juta orang masuk pada kategori kerawanan pangan akut, dengan terbesar di Afrika sub-Sahara.

Indonesia tak luput dari efek krisis Ukraina-Rusia. Indonesia merupakan negara importir hampir 100% gandum, bahan utama pembuat roti dan mi serta turunannya. Impor gandum kita di 2021 kemarin 11,7 juta ton dan itu berarti 27% pangan kita ini dipasok oleh gandum.

Ukraina menempati posisi ketiga negara eksportir biji gandum dan meslin bagi Indonesia. Dalam sepuluh tahun terakhir, nilai impor dari Ukraina ini terus meningkat. Sementara sejak invasi Rusia berlangsung, produksi gandum dunia menurun hingga minus 8%.

 

Idiosinkratik Jokowi

Keempat, kunjungan yang penuh risiko di negara yang sedang berkonflik bukan pertama kali ini dilakukan oleh Jokowi. Beberapa tahun lalu, Jokowi juga pernah datang ke Kabul, ibu kota Afghanistan, untuk upaya damai negara tersebut.

Faktor idiosinkratik Jokowi menjadi salah satu mengapa ia berani datang langsung ke negara yang sedang konflik. Dalam teori idiosinkratik, model analisis ini memengaruhi aktor individu dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negeri, dikenal dengan istilah persepsi elite dan didefinisikan sebagai hal yang melekat pada seseorang pemimpin.

Teori ini dianggap sebagai sebuah level analisis yang paling dasar, tapi fundamental. Bagaimana sistem internasional, negara, dan masyarakat terbentuk tidak lepas dari level individu yang menyusunnya.

Secara umum, idiosinkratik adalah sebuah aspek yang dimiliki oleh pembuat keputusan seperti nilai, bakat, dan pengalaman sebelumnya yang memengaruhi proses pengambilan keputusan atau kebijakan yang dilakukannya. Jokowi bertipe mengakomodasi semua kekuatan untuk menciptakan keseimbangan dan keharmonisan.

Kelima, Indonesia ingin menjadi peace broker bagi kedua negara yang sedang perang tersebut. Menjembatani komunikasi agar bisa mencapai perdamaian. Sebagai peace broker, Jokowi siap menjadi pihak ketiga untuk mempertemukan Ukraina dan Rusia. Tentunya, kunjungan Jokowi ini adalah awal membuka jalan bagi upaya damai agar konflik segera berakhir.

Kunjungan Presiden Jokowi adalah bagian dari kebijakan luar negeri Indonesia yang berdasarkan kepentingan nasional Indonesia. Dalam misi kali ini, kepentingan nasional bergaris lurus dengan kepentingan global. Terciptanya stabilitas dan perdamaian dunia. Kerja sama adalah kunci demi dunia dan nilai-nilai kemanusiaan yang lebih baik.

Kita semua berharap ikhtiar misi diplomasi Jokowi ini mendapatkan hasil yang terbaik bagi konflik Ukraina-Rusia dan tentunya juga untuk dunia.






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »